Rabu 10 Jan 2024 14:32 WIB

Studi Anyar: Satu Liter Air Kemasan Mengandung Seperempat Juta Keping Mikroplastik

Para ilmuwan sudah sejak lama menduga ada kandungan mikroplastik dalam air kemasan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Dalam satu liter air kemasan, rata-rata mengandung hampir seperempat juta keping mikroplastik dan nanoplastik yang sangat kecil dan tak terlihat.
Foto: www.freepik.com
Dalam satu liter air kemasan, rata-rata mengandung hampir seperempat juta keping mikroplastik dan nanoplastik yang sangat kecil dan tak terlihat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menemukan bahwa dalam satu liter air kemasan, rata-rata mengandung hampir seperempat juta keping mikroplastik dan nanoplastik yang sangat kecil dan tak terlihat. Plastik-plastik tersebut telah terdeteksi dan dikategorikan untuk pertama kalinya oleh mikroskop yang menggunakan laser ganda.

Para ilmuwan telah lama menduga ada banyak potongan plastik mikroskopis ini. Tetapi sampai para peneliti di Columbia University dan Rutgers University, melakukan penghitungan, mereka tidak pernah tahu berapa banyak atau jenisnya.

Baca Juga

Dengan mengamati lima sampel masing-masing dari tiga merek air minum kemasan yang umum, para peneliti menemukan tingkat partikel berkisar antara 110 ribu hingga 400 ribu per liter, rata-rata sekitar 240 ribu menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

Lantas apa itu nanoplastik? Nanoplastik adalah partikel yang berukuran kurang dari satu mikron. Ada 25.400 mikron (disebut juga mikrometer karena merupakan sepersejuta meter) dalam satu inci. Rambut manusia lebarnya sekitar 83 mikron.

Penelitian sebelumnya telah mengamati mikroplastik yang sedikit lebih besar mulai dari 5 milimeter, kurang dari seperempat inci, hingga satu mikron. Sekitar 10 hingga 100 kali lebih banyak nanoplastik dibandingkan mikroplastik yang ditemukan dalam air kemasan.

“Sebagian besar plastik tampaknya berasal dari botol itu sendiri dan filter membran reverse osmosis yang digunakan untuk mencegah kontaminan lainnya,” kata penulis utama studi Naixin Qian, seorang ahli kimia fisik di Columbia University, seperti dilansir Euro News pada Rabu (10/1/2024).

Qian tidak akan mengungkapkan ketiga merek yang diteliti, karena dia dan tim ingin meneliti lebih banyak sampel lagi. Namun, dia mengatakan botol plastik yang ditelitinya adalah barang yang biasa dibeli di supermarket AS, Walmart.

Para peneliti masih belum dapat menjawab pertanyaan besar: apakah potongan plastik nano berbahaya bagi kesehatan? Phoebe Stapleton, salah satu peneliti dan ahli toksikologi di Rutgers University, mengatakan bahwa hal tersebut saat ini masih dikaji.

"Kami tahu bahwa mereka masuk ke dalam jaringan (mamalia, termasuk manusia), dan penelitian saat ini sedang melihat apa yang mereka lakukan di dalam sel,” kata Stapleton.

Setelah melakukan studi ini, keempat penulis mengatakan bahwa mereka mengurangi penggunaan air minum dalam kemasan. Wei Min, ahli kimia fisik dari Columbia University yang memelopori teknologi mikroskop laser ganda, mengatakan bahwa ia telah mengurangi penggunaan air minum dalam kemasan hingga setengahnya. Stapleton mengatakan bahwa ia sekarang lebih mengandalkan air yang disaring di rumahnya di New Jersey.

Persoalan plastik menjadi salah satu masalah besar saat ini. Menurut Program Lingkungan PBB (UNEP), lebih dari 430 juta ton plastik diproduksi setiap tahunnya, dan mikroplastik ditemukan di lautan, makanan, dan air minum di dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement