REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo memiliki satu upaya untuk mengatasi permasalahan regenerasi petani di Indonesia. Hal tersebut menjadi jawabannya sata menerima pertanyaan dalam dialog publi yang digelar oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia.
Salah satunya adalah pemberian insentif bagi generasi muda yang memilih menjadi petani. Sebab, ia melihat masih banyak anak muda yang mempunyai ideologi di sektor tersebut, tetapi tak didukung oleh pihak terkait.
"Maka insentif harus diberikan anak muda. Saya tanya, kenapa Anda (anak muda) nggak mau ke sawah? kenapa nggak mau beternak? bau dan kotor jawabnya," ujar Ganjar di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (11/1/2024).
"Ketika saya menemukan anak-anak muda yang ideologis itu, kita kasih pelatihan dan teknologi. Mudahkan bibit dan dari kementerian, BRIN, perusahaan, sebenarnya bisa kita wujudkan," sambungnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani Indonesia sejak tahun 2013 terus mengalami penurunan. Saat ini, jumlah petani di Indonesia hanya ada 29,3 juta petani. Turun 7,45 persen dari tahun 2013 yang mencapai 31 juta petani.
Meski jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) menurun selama satu dekade ini, tapi untuk Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) naik 8,74 persen. Saat ini ada 28,4 juta RTUP di Indonesia.
Jumlah Unit Usaha Pertanian Perorangan terbesar berada di Provinsi Jawa Timur sebanyak 5,6 juta petani. Sedangkan di DKI Jakarta saat ini hanya ada 13 ribu petani.
Selain itu, jumlah petani juga diiringi penurunan produktivitas pertanian di Indonesia. Pada tahun 2022 saja, produktivitas pertanian tidak mencapai Rp 40 juta per pertani dalam satu tahun.
Jelas Ganjar, riset terkait pertanian di Indonesia merupakan yang terbanyak dibandingkan sektor-sektor lainnya. Tinggal bagaimana peran pemerintah dalam mengkombinasikan riset dan kebijakan untuk memajukan pertanian Indonesia.
"Jadi hasil riset yang paling banyak itu di sektor pertanian, kenapa nggak kita pakai, pakai dong," ujar Ganjar.