REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Qatar dan Prancis menengahi kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk mengirimkan obat-obatan yang sangat dibutuhkan 45 sandera Israel yang ditawan di Gaza. Dengan imbalan bantuan kemanusiaan dan obat-obatan pada warga sipil yang paling rentan di Gaza.
Dua negara mengatakan pada Rabu (17/1/2024) bantuan akan dikirimkan dari Qatar menuju Mesir sebelum menyeberangi perbatasan Rafah. "Kesepakatan ini artinya obat-obatan bersama bantuan kemanusiaan lainnya dikirimkan ke warga sipil di daerah paling terdampak dan paling rentan Jalur Gaza, ditukar dengan pengiriman obat-obatan yang dibutuhkan sandera yang ditawan di Gaza," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari dalam pernyataannya, Selasa (16/1/2024).
Ia tidak mengungkapkan detail berapa banyak atau bantuan apa yang akan dikirimkan ke warga sipil. Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan dua pesawat Angkatan Udara Qatar mendarat di Mesir dengan membawa obat-obatan yang dibeli di Prancis sesuai dengan daftar yang disampaikan Israel.
Sebelumnya, kepala pusat krisis Kementerian Luar Negeri Prancis Philippe Lalliot yang mengorganisir pengiriman bantuan ini mengatakan negosiasi sudah berlangsung selama beberapa pekan. Gagasan awalnya berasal dari beberapa anggota keluarga sandera Israel.
Paket obat-obatan spesifik untuk beberapa bulan yang dikumpulkan di Prancis akan dikirimkan masing-masing dari 45 sandera. Komite Palang Merah Internasional akan mengkoordinasikan pengiriman bantuan di lapangan.
Lalliot terdapat tiga warga negara Prancis yang masih ditawan di Gaza. Tapi, tidak ada yang sangat membutuhkan obat-obatan.