Rabu 17 Jan 2024 14:23 WIB

Populasi China Turun Dua Tahun Berturut-turut

Penurunan populasi akan berdampak pada potensi pertumbuhan ekonomi China.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Warga dengan anak-anak dan balita mereka bermain di lapangan hijau di luar mal yang dibuka kembali di Beijing, Ahad, 4 Desember 2022. Populasi Cina kembali turun.
Foto: AP/Andy Wong
Warga dengan anak-anak dan balita mereka bermain di lapangan hijau di luar mal yang dibuka kembali di Beijing, Ahad, 4 Desember 2022. Populasi Cina kembali turun.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Populasi China kembali turun untuk kedua kalinya berturut-turut pada 2023, seiring rendahnya angka kelahiran dan gelombang kematian usai pembatasan Covid-19 dicabut. Penurunan populasi diprediksi dapat berdampak panjang pada potensi pertumbuhan ekonomi negara itu.

Pada Rabu (17/1/2024) Biro Statistik Nasional (NBS) Cina mengatakan total populasi China pada tahun 2023 turun 2,08 juta orang atau 0,15 persen atau menjadi 1,409 miliar orang. Pada tahun 2022 populasi China berkurang 850 ribu. Pertama kalinya sejak Bencana Kelaparan zaman Mao Zedong.

Baca Juga

Tahun lalu China mengalami lonjakan kasus Covid-19 setelah menerapkan pembatasan ketat dan kebijakan karantina selama tiga tahun yang menahan penyebaran virus sampai pemerintah mencabut langkah-langkah tersebut pada Desember 2022. Total kematian tahun lalu naik menjadi 6,6 persen atau 11,1 juta orang, mencapai tingkat tertinggi sejak 1974 semalam Revolusi Budaya.

Angka kelahiran tahun 2023 turun 5,7 persen menjadi 9,02 juta kelahiran dan menyentuh angka terendah dengan 6,39 kelahiran per 1.000 orang. Lebih rendah dibandingkan angka kelahiran 2022 yang sekitar 6,77 kelahiran per 1.000 orang.

Angka kelahiran di negara itu menurun drastis selama beberapa dekade karena kebijakan satu anak yang diterapkan dari 1980 sampai 2015 dan cepat urbanisasi selama periode tersebut. Seperti ledakan ekonomi yang terjadi di Jepang dan Korea Selatan (Korsel), banyak warga desa yang pindah ke kota, sehingga memiliki anak menjadi lebih mahal.

Angka kelahiran Jepang pada 2022 sekitar 6,3 kelahiran per 1.000 orang dan Korsel 4,9 kelahiran.

"Seperti yang sudah kami amati lagi dan lagi dari negara dengan angka kelahiran rendah, sering kali penurunan angka kelahiran sulit dipulihkan," kata demografer dari University of Michigan Zhou Yun.

Angka pengangguran di China pada 2023 mencapai angka tertingginya. Hal ini menurunkan minat anak muda untuk memiliki anak. Krisis diperburuk banyak gaji pekerja kerah putih turun dan krisis di sektor properti di mana dua pertiga kekayaan rumah tangga di simpan.

Data terbaru menunjukkan....

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement