Sabtu 20 Jan 2024 14:00 WIB

Khofifah Tanggapi Santai Adanya Prasangka Harlah Muslimat NU ke-78 Bernuansa Politik

Muslimat NU akan meneruskan program pemberdayaan wanita.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Erdy Nasrul
Penari sufi menampilkan tarian sufi saat peringatan Harlah ke-77 Muslimat NU di parkir timur Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Ahad (28/5/2023). Tarian spiritual asal Turki yang digubah oleh penyair Jalaluddin Rumi ini banyak dipertunjukkan di berbagai acara religi.
Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Penari sufi menampilkan tarian sufi saat peringatan Harlah ke-77 Muslimat NU di parkir timur Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Ahad (28/5/2023). Tarian spiritual asal Turki yang digubah oleh penyair Jalaluddin Rumi ini banyak dipertunjukkan di berbagai acara religi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa menanggapi santai penilaian beberapa orang  tentang dugaan politisasi Harlah Muslimat NU ke-78 yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (20/1/2024). Khofifah mengaku tidak bisa mencegah dugaan beberapa orang yang memandang Harlah Muslimat ini berbau politik.

Khofifah mengatakan jalannya acara telah membantah semua dugaan beberapa orang. Menurutnya tak ada hal-hal berbau politik di acara tersebut. Pidato yang disampaikan para tokoh juga tak bernuansa politik.

Baca Juga

"Apa yang ada di dalam proses ini? Apa ada simbol-simbol? Apa ada logo-logo? Atau ada apa yang patut diduga? Kalau misalnya tausiah, Rais Am, isinya bagaimana orang ini baik baik baik. Kemudian tausiah ketua umum PBNU saya rasa gak ada sesuatu yang patut dicurigai kecuali yang hatinya memang sudah curiga," ujar Khofifah.

Khofifah yang juga Gubernur Jawa Timur ini juga menjelaskan mengapa Harlah Muslimat NU digelar sekarang. Ia mengatakan agenda ini bukan dimajukan namun digelar di tengah-tengah antara kalender Hijriyah dan Masehi. Dan dalam menggelar harlah, kata Khofifah, tidak selalu berpatokan kepada kalender Hijriyah atau Masehi.

"Ya tergantung.makanya kalau harlah bisa 6 bulan. Tergantung ada yang pakai hijriah ada yang pakai Masehi. Kalau kemarin Sulsel kemudian Lampung dan Maluku Utara ya mereka bikin aja sendiri mereka lebih senang pakai hijriah semua boleh. Seperti MU pakai rojak juga boleh, pakai Nasehi juga boleh," kata Khofifah.

Khofifah menambahkan menggabungkan antara Harlah NU dan Muslimat bukan kali ini saja dilakukan. Sebelumnya pernah diselenggarakan rangkaian acara yang sama pada masa kepengurusan Ketum PBNU KH Hasyim Muzadi yang juga digelar di GBK.

Namun Khofifah memaklumi adanya prasangka tersebut karena berada dalam suasana tahun politik. Dan ia berpesan dalam menghadapi Pemilu 2024 agar memperbanyak doa dan berdzikir.

"Kenapa dzikir? Orang yang berdzikir akan ditenangkan hatinya. Jadi seluruh hati negeri ini insyaallah akan terdoroNg untuk mendapatkan ketenangan kedamaian. Termasuk membaca sholawat supaya ada keteduhan dan kesejukan," tuturnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement