Sabtu 20 Jan 2024 15:28 WIB

Kapan Anak Harus Memeriksakan Mata ke Dokter?

Kebiasaan mengucek mata, biasanya juga disertai dengan keluhan pusing.

Red: Setyanavidita livicansera
Pelajar menjalani pemeriksaan mata saat skrining penyakit tidak menular (PTM) di SMPN 21 Bandung, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Rabu (1/3/2023). Skrining penyakit tidak menular yang diprioritaskan untuk penyakit diabetes melitus, hipertensi dan mata tersebut bertujuan untuk deteksi dini serta pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular pada kelompok umur 15-19 tahun.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pelajar menjalani pemeriksaan mata saat skrining penyakit tidak menular (PTM) di SMPN 21 Bandung, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Rabu (1/3/2023). Skrining penyakit tidak menular yang diprioritaskan untuk penyakit diabetes melitus, hipertensi dan mata tersebut bertujuan untuk deteksi dini serta pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular pada kelompok umur 15-19 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis mata yang juga pengajar di Universitas Brawijaya dr Lely Retno W SpM (K) menyebutkan orang tua perlu mengenali beberapa ciri bahwa anak mereka membutuhkan pemeriksaan mata supaya mereka bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat. Lely saat acara daring yang diikuti dari Jakarta, Sabtu (20/1/2024), mengatakan biasanya salah satu masalah kesehatan mata yang dihadapi anak-anak ialah penglihatan kabur atau buram.

"Salah satu ciri atau tandanya biasanya anak-anak suka memicingkan matanya. Itu dia memicingkan mata untuk mencoba penglihatannya agar fokus agar apa yang dia lihat terlihat jelas," kata Lely. Selain itu, ciri lain dari anak yang membutuhkan pemeriksaan mata ialah kerap mengucek mata karena merasa tidak nyaman dengan penglihatannya yang tidak jelas.

Baca Juga

Kebiasaan mengucek mata ini, biasanya juga disertai dengan keluhan pusing. Apabila ciri-ciri tersebut terjadi pada buah hati, orang tua dianjurkan menanyakan pada anak terkait rasa tidak nyaman itu dan membawanya untuk mengikuti pemeriksaan mata agar bisa diketahui apakah matanya bermasalah atau tidak.

Sang dokter juga memberikan kiat mudah agar baik orang tua maupun anak bisa melakukan pemeriksaan awal apakah matanya mengalami masalah atau tidak. "Bisa dengan mencoba menutup salah satu matanya dari situ bisa dilihat penglihatannya kabur atau tidak. Anak-anak, kan, enggak pernah menutup salah satu matanya. Kalau dua-duanya terbuka, kan, kelihatannya oke-oke saja, kalau satu ditutup ternyata mata lainnya kabur. Itu artinya perlu diperiksa," kata Lely.

Terkait dengan masalah gangguan penglihatan anak, pada akhir 2023 Ikatan Profesi Optometris Indonesia (IROPIN) menyebutkan bahwa sejak pandemi Covid-19 didapati 400 dari 1.000 anak Indonesia mengalami gangguan mata atau kelainan refraksi dini. Salah satu penyebabnya ialah kebiasaan mengakses gawai yang tidak terkontrol dan membuat anak melebihi batas waktu ideal terpapar layar gawai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement