REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada awal pekan ini ditutup menurun di tengah pasar menantikan rilis investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) di Indonesia. Pada penutupan perdagangan Senin, rupiah merosot 22 poin atau 0,14 persen menjadi Rp 15.637 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.615 per dolar AS.
"Dari domestik akan terdapat rilis data FDI kuartal IV-2023 yang dapat menjadi penggerak pergerakan nilai tukar," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri di Jakarta, Senin (22/1/2024).
Selain itu, sesuai ekspektasi pasar, pekan lalu Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan BI-Rate sebesar 6 persen, konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang prostabilitas dan menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah. BI juga melihat inflasi domestik akan tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024.
Di sisi lain, Reny menuturkan pergerakan pasar uang global masih volatil dipengaruhi sentimen eksternal terutama waktu pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang masih penuh ketidakpastian.
Setelah data inflasi AS dirilis meningkat, pekan lalu sejumlah pejabat bank sentral AS atau The Fed juga mengindikasikan kebijakan yang masih hawkish sehingga potensi suku bunga AS pada levelnya saat ini masih akan dipertahankan beberapa waktu ke depan.
Konsensus pasar menurut CME Fedwatch Tools memperkirakan suku bunga acuan AS atau Fed Funds Rate (FFR) akan mulai diturunkan sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Maret 2024 namun probabilitasnya mulai menurun.
Pasar juga menantikan rilis inflasi Indeks Harga Belanja Personal (Personal Consumption Expenditures/PCE) AS untuk memastikan arah dan waktu penurunan suku bunga ke depan.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menguat ke level Rp 15.627 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.628 per dolar AS.