Ahad 28 Jan 2024 14:14 WIB

Anak Muda Kian Serius Boikot Produk Pro Israel

Merek-merek Amerika semakin dipaksa menghadapi skenario polarisasi global.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Fuji Pratiwi
Logo perusahaan jaringan makanan cepat saji McDonald
Foto: REUTERS
Logo perusahaan jaringan makanan cepat saji McDonald

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Profesor politik Timur Tengah di London School of Economics, Fawaz Gerges, mengatakan boikot merek-merek produk asing yang terjadi saat ini sangat mencolok karena bersifat intens, transnasional, dan dipimpin oleh generasi muda.

Sejauh ini, baik McDonald’s atau Starbucks yang terkena dampaknya. Ini karena kaum muda yang merupakan pembelanja terbesar menyadari kondisi yang terjadi dan merasa sangat aktif dan berinvestasi.

Baca Juga

"Persepsi bahwa Washington lebih memihak Israel benar-benar mempengaruhi perusahaan-perusahaan ini karena Amerika terlibat dan para CEO adalah bagian dari penguasaan Amerika ini mulai dari komersial, keuangan, dan soft-power," ujar Fawaz dilansir Bloomberg, Ahad (28/1/2024).

Karenanya, kini di tengah meningkatnya pergolakan geopolitik, merek-merek tersebut semakin dipaksa untuk menghadapi skenario polarisasi yang diperkuat oleh media sosial lintas negara. Selama dua tahun terakhir, puluhan perusahaan, mulai dari McDonald’s hingga Coca-Cola, telah menarik diri dari Rusia di tengah kritik global terhadap invasi Vladimir Putin ke Ukraina.

Kondisi ini membuat Timur Tengah membuka peluang bagi puluhan juta merek kepada konsumen muda untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokalnya. Namun, kawasan ini memiliki kompleksitas politik dan operasional yang sangat besar.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement