Kamis 01 Feb 2024 23:03 WIB

Dirjen Pendis Kemenag di AICIS: Dunia Sedang Tunjukkan Wajah yang Tidak Baik-Baik Saja

AICIS dilaksanakan sebagai wadah bagi para cendekiawan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Pembukaan agenda The 23rd Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2024 di UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/2/2024).
Foto: Republiika/Umar Mukhtar
Pembukaan agenda The 23rd Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2024 di UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Muhammad Ali Ramdhani menyampaikan, dunia dalam beberapa bulan terakhir sedang menunjukkan wajah yang tidak baik-baik saja. Bahkan eskalasi semakin memburuk.

Hal itu disampaikan Ali dalam pembukaan agenda The 23rd Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) dengan tajuk "Redefining The Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Right Issues", di UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/2/2024).

Baca Juga

Ali mengatakan, peperangan yang tak kunjung usai di kawasan Timur Tengah telah menimbulkan puluhan ribu orang meninggal. Sebagiannya cacat seumur hidup, kelaparan melanda di mana-mana, kehancuran bangunan-bangunan penting, artefak-artefak sejarah hancur, dan kemiskinan menyeruak.

"Dan paling menyedihkan adalah ancaman bagi hancurnya martabat dan peradaban manusia. Demikian juga di Ukraina yang hingga kini perang belum ada tanda-tanda berakhir. Di Rohingya, telah menimbulkan banyak kesengsaraan dan pengungsian," ujarnya.

Puncak kondisi tersebut, lanjut Ali, menimbulkan krisis kemanusiaan global dengan hilangnya rasa hormat antarsesama, dan kuatnya keinginan untuk saling meniadakan serta hilangnya moralitas agama yang selama ini menjadi kendali bagi umat manusia dalam bersikap dan bertindak.

"Kondisi dunia ini seakan lepas dari panduan moral dan nilai-nilai keilahian karena ambisi manusia yang tidak terbatas. Bahkan sebagian fenomena menunjukkan agama sebagai pijak untuk saling menyakiti dan meniadakan," tuturnya.

Dalam kondisi demikian, Ali menyampaikan, muncul pertanyaan di manakah peran agama sesungguhnya dan apakah agama masih berpeluang untuk memberikan kontribusi nyata untuk mengembalikan peradaban manusia yang lebih bermartabat dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.

"Bisakah agama yang dianut negara-negara yang saat ini berkecamuk dapat dibangkitkan untuk memberikan panduan bagi penganutnya. Konflik yang sejatinya timbul dari unsur pertikaian politik, perebutan pengaruh kawasan dan kepentingan ekonomi bertambah rumit jika diatasnamakan atas tuntutan agama," jelasnya.

Untuk itu, menurut Ali, AICIS yang mengangkat tema "Redefining The Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Right Issues" menjadi sangat strategis untuk dilaksanakan sebagai bagian dari respons terhadap krisis kemanusiaan global.

"AICIS dilaksanakan sebagai wadah bagi para cendekiawan, para sarjana, dan para pakar serta akademisi untuk dapat berdiskusi intensif dan tidak sekadar berbasis logika akademik namun berangkat dari kasus nyata secara global yang tentu saja membutuhkan pemikiran dari kita bersama sebagai solusi bersama," ujarnya.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement