REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para hukama yakni para ahli hikmah atau makrifat mengungkapkan bahwa ada lima tahapan menuju takwa yang sebenarnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam kitabnya Nashaihul Ibad.
Diriwayatkan dari sebagian hukama Rahimakumullah, "Di hadapan takwa ada lima jalan (tahapan), siapa yang berhasil melalui seluruhnya, maka ia akan memperoleh hakikat takwa (takwa yang sebenarnya). Yaitu, pertama, memilih kesukaran atas kenikmatan. Kedua, memilih kesungguhan atas kebebasan. Ketiga, memilih kelemahan atas keperkasaan. Keempat, memilih diam atas bicara yang tidak ada manfaatnya. Kelima, memilih mati atas kehidupan." (Nashaihul Ibad, Syekh Nawawi al-Banteni)
Di hadapan takwa terbentang lima jalan atau tahapan-tahapan, seperti jalan-jalan di atas bukit. Siapapun yang dapat melalui jalan-jalan tersebut, maka ia akan memperoleh hakikat dari ketaqwaan itu, yaitu dengan cara meninggalkan perbuatan yang dikehendaki nafsu dan menjauhi larangan Allah.
Pertama, memilih kesukaran atas kenikmatan, yaitu dengan cara memilih beban ibadah untuk meninggalkan segala sesuatu yang menyenangkan.
Kedua, memilih kesungguhan atas kebebasan, maksudnya kesungguhan dalam beribadah dengan cara meninggalkan kesenangan dunia.
Ketiga, memilih kelemahan atas keperkasaan, yaitu dengan bersikap tawadhu. Tawadhu artinya rendah hati dan tidak sombong. Orang yang tawadhu adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT.
Lihat halaman berikutnya >>>