Jumat 02 Feb 2024 19:39 WIB

Surat Yasin Ayat 39: Sebagaimana Matahari, Bulan Juga tak Keluar dari Peredarannya 

Alquran ungkap fakta peredaran bulan dalam sistem tata surya.

Rep: Rahmat Fajar / Red: Nashih Nashrullah
Bulan bergerak dari gerhana matahari cincinnya.
Foto: Darin Oswald/Idaho Statesman via AP
Bulan bergerak dari gerhana matahari cincinnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dalam ilmu astronomi disebutkan bahwa bulan berputar pada porosnya atau rotasi. Waktu yang diperlukan untuk satu kali rotasi sama dengan waktu yang diperlukan bulan berevolusi mengelingi bumi. 

Pada momen revolisi mengelilingi bumi, maka di sini bulan akan tampak terlihat berbeda-beda jika dilihat dari bumi tergantung pada fase perubahannya.

Baca Juga

Bulan akan mengalamai empat fase yakni fase bulan mati yaitu di mana bulan tidak akan terlihat dari bumi dan terjadi pada awal bulan. Pasalnya, posisi bulan berada di antara bumi dan matahari. 

Fase berikutnya adalah fase bulan sabit. Bulan akan terlihat di langit barat setelah matahari tenggelam. Kemudian berlanjut ke fase berikutnya bulan separuh dan yang terakhir fase bulan purnama.

Revolusi bulan mengelilingi bumi selama 27 hari. Kemudian bulan juga bergerak berputar pada sumbunya atau disebut rotasi. Dan rotasi bulan juga berlangsung selama 27 hari.

Keteraturan-keteraturan tentang bulan tersebut sudah ada di dalam Alquran Surat Yasin ayat 39. Ayat tersebut berbunyi:

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ

Artinya: “(Begitu juga) bulan, Kami tetapkan bagi(-nya) tempat-tempat peredaran sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir,) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.”

Pakar tafsir Alquran Prof Quraish Shihab dalam bukunya "Yasin dan Tahlil" menjelaskan tentang tafsir ayat tersebut. Menurut Prof Quraish ayat tersebut menjelaskan tentang Mahakuasa Allah SWT dalam mengatur peredaran bulan sehingga tidak mendahalui siang. 

Ayat tersebut memperlihat Mahaperkasaan-Nya Allah SWT dalam menetapkan peredaran kadar dan sistem peredaran di manzilah-manzilahnya (yakni di posisi-posisi tertentu sehingga bisa melihatnya pada awal kemunculan berbentuk sabit dari malam ke malam terus membesar hingga purnama lalu berangsur-angsur mengecil kembali.

Ayat tersebut, lanjut Prof Quraish menjelaskan bahwa bulan tak akan menyimpang dari garis edarnya. Sebagaimana matahari yang juga tidak akan menyimpang dari garis edarnya. 

Menurut Prof Quraish, bulan dan matahari tak akan berhenti dan keluar dari peredarannya sampai waktu yang ditetapkan Allah SWT yakni hari kiamat. Terus beredarnya bulan dan matahari agar sampai pada waktu yang ditetapkan.

Empat fase bulan menurut penjelasan astronomi juga telah terkandung dalam ayat 39 Surat Yasin. Prof Quraish menjelaskan pada mulanya bulan bagaikan tanda segar kemudian sedikit demi sedikit membesar dan menua, menguning, lalu melengkung hingga ketika mencapai manzilahnya yang terakhir ia kembali menjadi bagaikan tandan yang tua dan layu. 

Prof Quraish menegaskan ayat tersebut mengajak manusia untuk memperhatikan alam di sekeliling kita. Maka Surat Yasin ayat 33-40, katanya berbicara agar manusia sadar akan alam yang merupakan ciptaan Allah SWT .

Tafsir tahlili dalam Alquran Kemenag dijelaskan bahwa Allah telah menetapkan jarak tertentu bagi peredaran bulan. Sehingga pada setiap jarak tersebut mengalami perubahan baik dalam bentuk dan ukurannya maupun kekuatan sinarnya.

Oleh karena itu, tak ada alasan bagi manusia untuk mengakui Kekuasaan Allah SWT dan Kemahabesaranya. Dia dapat mengatur segala yang ada di langit secara sempurna tampa berbenturan satu sama lain.  

photo
Bulan memiliki air lebih banyak dari yang diperkirakan ilmuwan. - (republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement