BAGHDAD – Amerika Serikat (AS) melakukan serangan udara ke Irak dan Suriah, Sabtu (3/2/2024). Mereka menargetkan 85 sasaran yang memiliki kaitan dengan Garda Revolusi Iran serta milisi yang mereka dukung. Sebanyak 40 orang dilaporkan tewas dalam serangan itu.
Serangan udara ini melibatkan pula pesawat pengebom B-1, respons pertama atas serangan terhadap pangkalan militer AS di Yordania pekan lalu. Milisi yang memperoleh dukungan Iran dituding bertanggung jawab atas serangan itu. Tiga tentara AS tewas, 34 luka.
Kemungkinan operasi militer AS ini bakal berlanjut dalam beberapa hari ke depan. Militer AS menyatakan, serangan menghantam pusat kendali dan komando, fasilitas penyimpanan roket, misil, serta drone. Tak hanya itu, fasilitas logistik dan amunisi menjadi target lainnya.
Beberapa warga di Irak menuturkan, serangan menghantam kompleks Sikak, di Al-Qaim. Ini area permukiman penduduk yang warga lokal nyatakan juga digunakan oleh kelompok bersenjata untuk menyimpan senjata dalam jumlah besar.
Sejumlah sumber lokal mengungkapkan, milisi meninggal area itu ke lokasi lebih aman beberapa hari setelah serengan pangkalan militer AS di Yordania. Khaled Walid,penghuni Sikak, menyatakan serangan AS dan ledakan berikutnya menyebabkan kerusakan luas.
Pascaserangan, Menhan AS Lloyd Austin menyatakan Presiden Joe Biden mengarahkan aksi terhadap Garda Revolusi Iran serta mereka yang terkait. ‘’Ini awal respons kami.’’ Ia pun membantah bahwa AS ingin memicu konflik.
’’Kami tidak mencari konflik di Timur Tengah atau di manapun tetapi presiden dan saya tidak akan menoleransi serangan terhadap pasukan Amerika,’’katanya. Pentagon telah menyatakan tak ingin berperang dengan Iran dan tak yakin pula Iran menghendaki perang.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyayangkan serangan AS tersebut. ’’Serangan ini menunjukkan petualangan dan kesalahan strategis AS lainnya yang hanya akan meningkatkan ketegangan dan mengganggu stabilitas,’’ ujarnya.
Irak memanggil charge d'affaires AS yang ada di Baghdad untuk menyampaikan protes resmi. Popular Mobilization Forces, pasukan keamanan negara termasuk di dalamnya kelompok yang didukung Iran, menyatakan 16 anggotanya meninggal termasuk tenaga medis.
Sebelumnya, pemerintah menyatakan warga sipil termasuk yang menjadi korban serangan udara AS. Pemerintah Irak menuturkan, sejumlah area yang dibom AS termasuk lokasi pasukan keamanan yang berdekatan dengan hunian warga sipil.
Terdapat 23 orang terluka, selain 16 lainnya yang kehilangan nyawa akibat serangan. Gedung Putih menyatakan telah menginformasikan ke Baghdad sebelum serangan dimulai. Namun Irak menganggap AS menipunya. Klaim AS berkoordinasi lebih dulu dengan Irak, tak terjadi.
Di Suriah, serangan udara AS menyebabkan 23 orang meninggal, demikian diungkapkan Rami Abdulrahman, direktur Syrian Observatory for Human Rights. Dubes Iran di Damaskus Hossein Akbari membantah target terkait Iran berhasil dihantam.
Sebaliknya, jelas dia, serangan menghancurkan infrastruktur-infrastruktur warga sipil. Merespons serangan AS ini, Hamas tegas menyatakan,’’Washington menyiramkan minyak ke dalam nyala api.’’ Ini kelak membuat ketegangan di Timur Tengah kian meningkat.
Pada Jumat (2/2/2024) Presiden Iran Ibrahim Raisi menegaskan negaranya tak akan memulai perang tetapi akan merespons dengan ketas siapapun yang memicunya. Ia tak menyebut serangan AS dalam pidatonya pada Sabtu saat memperingati hari teknologi angkasa. n reuters/han