REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Senin (12/2/2024) memperingatkan perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu akan "konsekuensi buruk" jika melakukan serangan lebih lanjut di Rafah, Gaza selatan.
"Memperluas cakupan kejahatan perang dan genosida rezim pendudukan Israel terhadap pengungsi Palestina di Rafah akan berdampak buruk bagi Tel Aviv,” ujar Abdollahian pada platform X. Netanyahu memerintahkan tentara Israel untuk membuat rencana ganda mengevakuasi warga sipil dari Rafah, daerah yang ditinggal lebih dari 1,4 juta warga yang mengungsi dari perang, serta untuk mengalahkan "batalion Hamas" yang tersisa.
Para warga Palestina telah mengungsi ke Rafah seiring dengan serangan yang terus dilancarkan Israel di seluruh wilayah kantong Palestina itu sejak sejak 7 Oktober 2023. Rentetan pengeboman Israel telah menewaskan sedikitnya 28.340 orang dan menyebabkan kehancuran besar-besaran serta kelangkaan barang kebutuhan.
Perang Israel di Gaza membuat 85 persen penduduk di wilayah itu mengungsi di tengah keterbatasan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong itu rusak atau hancur, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sementara itu, Mahkamah Internasional (ICJ) pada Januari mengeluarkan perintah sementara bagi pemerintah Israel untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil langkah yang menjamin bahwa bantuan kemanusiaan sampai kepada warga sipil di Gaza.