REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Royke Tumilaar mengungkapkan, pihaknya saat ini tengah mempersiapkan program student loan yang cocok untuk para mahasiswa Indonesia. Menurutnya, mahasiswa di Indonesia saat ini sudah semakin mengenal berbagai produk jasa keuangan muali dari tabungan, investasi, hingga pembiayaan.
Di samping itu, mahasiswa Indonesia juga memiliki kemampuan untuk mengatur keuangan yang baik dalam rangka mencapai berbagai target-target pembangunan kariernya. Sebagai Bank Kampus, Royke menyebutkan, produk pembiayaan pendidikan dari BNI akan memiliki tingkat pembiayaan yang akomodatif dengan tenor 3 hingga 5 tahun.
Adapun, 5 kampus yang akan menjadi pilot project antara lain Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Airlangga (Unair).
"Kami harap produk ini dapat menjadi solusi dari kebutuhan pembiayaan pendidikan yang semakin tinggi. Semoga semakin banyak mahasiswa yang paham terhadap produk perbankan dan dapat memanfaatkannya dengan sebaik mungkin," ujarnya dalam Studium Generale atau Kuliah Umum di Institut Teknologi Bandung, Rabu (21/2/2024) lalu.
Royke melanjutkan dalam hal solusi keuangan kepada para mahasiswa, khususnya ITB, saat ini BNI telah menyiapkan fasilitas program cicilan 0 persen tenor 3, 6 dan 12 bulan beserta cashback untuk Kartu Kredit Affinity BNI-ITB. Di samping itu, terdapat juga program cicilan 0 persen dengan tenor 3 dan 6 bulan untuk jenis Kartu Kredit BNI lainnya yang akan berjalan dalam waktu dekat.
"Harapannya program ini mampu menjadi alternatif untuk membantu meringankan mahasiswa dan orangtua dalam hal membayar UKT atau SPP," harap Royke.
Adapun program student loan adalah pinjaman dari lembaga keuangan dan fintech untuk danai biaya kuliah. Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa pemerintah tengah mengkaji rencana pembentukan pinjaman khusus untuk mahasiswa atau student loan. Rencana ini pun masih dalam pembahasan bersama dewan pengawas (dewas) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Meski begitu, Sri Mulyani mewaspadai potensi pembentukan student loan akan menimbulkan masalah jangka panjang. Hal ini, jelasnya, berkaca dari Amerika Serikat (AS) yang sudah terlebih dahulu menerapkan student loan.