REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan peserta didik yang sehat baik secara jiwa dan raga akan mampu mendukung peningkatan kualitas pendidikan.
“Kualitas kesehatan peserta didik berhubungan erat dengan peningkatan kualitas pendidikan,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Iwan Syahril dalam Peluncuran Peta Jalan Sanitas Sekolah 2024-2030 di Jakarta, Senin (26/5/2024).
Iwan menuturkan untuk mendorong kesehatan peserta didik maka Kemendikbudristek berkomitmen mendukung satuan pendidikan untuk bisa meningkatkan kualitas kesehatan siswa melalui gerakan sekolah sehat (GSS). Gerakan tersebut berfokus pada lima aspek kesehatan yaitu sehat bergizi, sehat imunisasi, sehat fisik, sehat jiwa, dan sehat lingkungan sehingga mencakup seluruh kebutuhan pemenuhan kesehatan peserta didik.
Berkaitan dengan sehat lingkungan, Kemendikbudristek mengimbau dan mendorong pihak yang terlibat dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu, Kemendikbudristek juga mendorong pembiasaan praktik cuci tangan memakai sabun serta memastikan jamban sekolah yang layak dan terpisah sekaligus lengkap dengan ketersediaan air mengalir.
Tak hanya itu, satuan pendidikan turut wajib memberikan edukasi pemilahan sampah organik dan non organik serta mengimplementasikan manajemen kesehatan dan kebersihan menstruasi agar siswa perempuan bisa bersekolah dengan nyaman.
Iwan menegaskan arahan tersebut harus dilakukan karena hasil beberapa penelitian di tingkat global menunjukkan ketersediaan sanitasi sekolah yang memadai memberikan dampak pada indikator di sektor kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, dan ekonomi. Ia menjelaskan pada sektor kesehatan dengan kegiatan sederhana seperti mencuci tangan memakai sabun secara rutin ternyata dapat menurunkan penyakit diare hingga 47 persen.
Pembiasaan aktivitas mencuci tangan menggunakan sabun ini ternyata sekaligus menurunkan angka ketidakhadiran peserta didik secara signifikan sampai 50 persen. “Peserta didik yang sehat terhindar dari diare sehingga meningkatkan akses pendidikan, ujar Iwan.