REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN – Maersk mengingatkan gangguan terhadap pengapalan kontainer melalui Laut Merah akan berlangsung lebih lama. Mereka memperkirakan situasi yang buruk di perairan tersebut bisa bertahan hingga paruh kedua tahun ini.
‘’Siap-siap situasi di Laut Merah bisa berlangsung hingga paruh kedua tahun ini dan waktu transit lebih panjang dalam rencana rantai pasok Anda,’’ kata Kepala Maersk Amerika Utara, Charles van der Steene dalam sebuah pernyataan, Selasa (27/2/2024).
Perusahaan-perusahaan pengapalan kontainer besar memutuskan mengalihkan rute Laut Merah dan Terusan Suez. Mereka menempuh jalur alternatif yaitu menuju Tanjung Harapan, Afrika Selatan demi menghindari serangan Houthi.
Houthi melakukan serangan sebagai dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Selama serangan Israel terhadap Gaza yang menyebabkan 29 ribu warga sipil meninggal dunia belum berhenti, maka serangan di Laut Merah berlanjut.
Maersk, perusahaan pengapalan ternama dalam perdagangan global, telah menambah sekitar enam persen kapasitas kapal untuk mengantisipasi keterlambatan kedatangan kapal. Sebab, banyak kapal memutar menyusuri Tanjung Harapan.
Perusahaan yang berbasis di Kopenhagen, Denmark ini juga mewanti-wanti kepada konsumennya. Termasuk ritel raksasa seperti Walmart dan Nike untuk mempersiapkan biaya rantai pasok lebih tinggi.
Waktu pelayaran yang lebih lama otomatis menaikkan tarif pelayaran. ‘’Banyak konsumen menghitung biaya per unit ke dalam bujet, jika secara mendasar berubah karena situasi ini, maka mengubah biaya keseluruhan,’’ ujar van der Steene.
Semakin lamanya masa pelayaran melalui wilayah Afrika juga berarti keterlambatan dalam waktu signifikan, khususnya kapal yang menuju Pantai Timur AS. Makanya, Maersk menyarankan menggunakan alternatif pelabuhan.
Di antara pelabuhan yang digunakan adalah Meksiko, Pacific Northwest, dan Los Angeles. Kepadatan di Oakland, Kalifornia juga telah menyebabkan keterlambatan kapal kontainer yang akan kembali ke Asia untuk mengambil barang.
Houthi menegaskan kembali sikapnya, pada Selasa. Mereka hanya akan mempertimbangkan kembali serangan drone dan rudal terhadap pengapalan internasional di Laut Merah jika Israel menghentikan agresinya ke Gaza.
Saat ditanya apakah serangan berhenti kalau gencatan senjata tercapai, juru bicara Houthi Mohammed Abdulsalam menyatakan situasia akan dikaji kembali jika gempuran pada Gaza berakhir dan bantuan kemanusiaan bebas masuk Gaza.
‘’Tak akan ada penghentian operasi membantu warga Palestina kecuali agresi militer terhadap Gaza berhenti,’’ kata Abdulsalam.
Perusahaan keamanan maritim Inggris, Ambrey, menginformasikan ada serangan rudal berjarak 3 mil laut dari kapal pengangkut milik Yunani berbendera Marshal Islands. Lokasi itu berada 63 mil laut barat laut Hodeidah, Yaman.
Ambrey menambahkan, ada pula kapal lain milik Uni Emirat Arab (UEA) berbendera Panama yang mengangkit produk dan bahan kimia sekitar dua mil laut dari kapal Yunani itu saat kejadian berlangsung.
United Kingdom Maritime Trade Operations (UKMTO) juga mengirimkan peringatan mengenai insiden itu. Menurut mereka meski ada serangan rudal Houthi, beruntung kru dan kapal tersebut aman.
Merespons itu, televisi Houthi, Al-Mashira, melaporkan pada Selasa tengah malam AS dan Inggris melakukan serangan ke Hodeidah,kota pelabuhan tertua di Yaman.