Selasa 27 Feb 2024 08:27 WIB

Panas, Houthi Tingkatkan Serangan di Laut Merah

Houthi melarang kapal yang berhubungan dengan Israel, AS dan Inggris berlayar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Seseorang menonton berita di TV yang dikelola Houthi setelah sebuah kapal yang terdaftar di Inggris diserang di Laut Merah, di Sana
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Seseorang menonton berita di TV yang dikelola Houthi setelah sebuah kapal yang terdaftar di Inggris diserang di Laut Merah, di Sana

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Komando Pusat (CENTCOM) Amerika Serikat (AS) mengatakan Houthi menembakan rudal ke Kapal MV Torm Thor di Teluk Aden pada 24 Februari 2024, tapi tembakan ke kapal tanker minyak berbendera AS itu meleset. Milisi yang didukung Iran itu tampaknya meningkatkan serangan-serangan ke kapal komersial.

Resiko kapal pun melonjak akibat serangan-serangan drone dan rudal Houthi di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab sejak November lalu. Sebagai bentuk solidaritas pada rakyat Palestina di Gaza.

Baca Juga

Pasukan AS dan Inggris pun meresponnya dengan menggelar sejumlah serangan ke fasilitas Houthi tapi sejauh ini serangan dua negara sekutu gagal menahan serangan-serangan Houthi. Pekan lalu Houthi mengirimkan pemberitahuan resmi ke perusahaan kapal dan asuransi mereka melarang kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel, AS dan Inggris berlayar di perairan sekitar Laut Merah.

Dalam serangan terbaru di media sosial X, Senin (26/2/2024), CENTCOM mengatakan rudal menghantam laut tapi tidak mengakibatkan kerusakan atau korban luka. Pada Ahad (25/2/2024) kemarin Houthi mengatakan mereka meluncurkan serangan ke sebuah kapal tanker.

Administrasi Maritim AS mengatakan Torm Thor bagian dari Program Keamanan Kapal Tanker Pemerintah AS yang bertujuan mendorong opsi pengiriman minyak bagi angkatan bersenjata di masa krisis. Dua sumber keamanan maritim mengatakan kapal itu dikawal militer AS. Basis data menunjukkan kapal tersebut milik Torm, dari Denmark meski mereka tidak mengoperasikannya.

Torm mengatakan, sejak Januari lalu 85 kapal yang mereka kendalikan penuh tidak lagi berlayar di Laut Merah dan Teluk Aden. "Keputusan kami untuk menunda semua transit melalui bagian selatan Laut Merah bagi semua kapal yang dioperasikan TORM masih tidak berubah, memprioritaskan keamanan dan keselamatan awak kami di atas segalanya," kata perusahaan itu.

CENTCOM mengatakan, militer AS menembak jatuh dalam upaya "bela-diri" drone satu arah yang menyerang kapal di selatan Laut Merah pada Ahad kemarin. Houthi yang menguasai daerah terpadat di Yaman meluncurkan drone-drone peledak dan rudal kapal-kapal komersial sejak 19 November lalu sebagai protes operasi militer Israel di Gaza.

Menteri Perdagangan Irlandia Simon Coveney menggambarkan serangkaian serangan ke kapal-kapal di Laut Merah sangat mengkhawatirkan. Ia mengatakan, tindakan Houthi mengganggu perdagangan tidak dapat diterima. "Kapal-kapal yang memfasilitasi perdagangan tidak boleh menjadi target sah bagi siapa pun," kata Coveney di Abu Dhabi.

Ia menambahkan, meski tidak terkejut AS dan Inggris mencoba menahan serangan-serangan Houthi. Tapi melawannya dengan intervensi militer terutama di kawasan yang rentan selalu beresiko meningkatkan ketegangan dan konflik. Muncul kekhawatiran mengenai kebocoran bahan bakar dan nasib kapal kargo Rubymar yang ditinggalkan awaknya setelah dihantam serangan Houthi pada 18 Februari lalu di selatan Laut Merah.

Sumber perkapalan mengatakan, cuaca di lokasi kapal itu ditinggalkan semakin memburuk dengan angin kencang beberapa hari terakhir. Seorang broker penyewaan kapal mengatakan pemilik Rubymar ingin menderek kapal itu ke Arab Saudi ketika lubang sudah diperbaiki. "Kapal itu masih terapung dengan ruang mesin dan Nomor 5 terendam air," kata CEO Blue Fleet Group yang berbasis di Lebanon, Roy Khoury.

Khoury mengatakan mereka mempertimbangkan untuk mengerjakan kapal itu untuk menutup lubang yang terbuka akibat rudal Houthi. "Terjadi sedikit kebocoran bahan bakar," tambah Houthi.

Ia menambahkan, kapal tersebut membawa 22 ribu ton pupuk di atasnya. "Kami menyewa kapal tunda untuk membawanya dan menderek kapal ke pelabuhan yang aman. Masalahnya baik otoritas pelabuhan Djibouti maupun Aden tidak bersedia menerima kapal itu," katanya.

"Sehingga kini kami melihat ke Jeddah di Arab Saudi," tambahnya. Sumber pelabuhan Yaman mengatakan kapal tersebut jauh dari Pelabuhan Aden dan pelabuhan belum dimintai bantuan untuk menderek kapal tersebut.

Terpisah, sumber Pemerintah Yaman mengatakan, tim telah mengunjungi Rubymar pada Senin dan mereka akan mengamati bercak minyak di perairan sekitar dengan sebagian kapal sudah terendam. Perang Israel di Gaza kini sudah menyebar ke berbagai bagian di kawasan Timur Tengah. Selain Houthi yang menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah, kelompok Hizbullah di Lebanon yang juga didukung Iran baku tembak dengan Israel di perbatasan dan milisi-milisi Irak menyerang pangkalan-pangkalan yang menampung pasukan AS.

sumber : reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement