“Kami tidak merasakan nikmatnya Ramadhan. Lihatlah orang-orang yang tinggal di tenda dalam cuaca dingin,” ucap Al Masry.
Pengungsi lainnya, Zaki Abu Mansour (63 tahun) juga mengaku tidak memiliki hidangan untuk berbuka puasa. Ia tidak mengetahui apa yang akan dimakannya saat berbuka puasa.
“Kami tidak tahu apa yang akan kami makan untuk berbuka puasa. Saya hanya punya tomat dan mentimun, dan saya tidak punya uang untuk membeli apa pun,” ujar Zaki.
Pertempuran berkecamuk di seluruh Gaza, bahkan ketika Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan “membungkam senjata” selama bulan suci umat Islam dan mengatakan dia “terkejut dan marah karena konflik terus berlanjut”.
Pihak berwenang Hamas melaporkan sedikitnya 67 orang meninggal sejak Ahad (10/3/2024), dengan lebih dari 40 serangan udara di seluruh wilayah. Meskipun banyak yang mengalami kekurangan, sebagian dari mereka menemukan cara untuk merayakan awal Ramadhan, dengan membuat dekorasi seadanya dan membagikan lentera tradisional di antara tenda mereka.
Di Rafah, puluhan orang sholat di reruntuhan masjid yang terkena serangan udara Israel beberapa hari lalu. Banyak pengungsi Rafah yang berlindung di tenda-tenda darurat. Mereka duduk di tanah di antara bangunan, di bawah rangkaian lampu hias, untuk berbuka puasa.