Tiga Tingkatan Orang Puasa, Anda yang Mana?

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil

Rabu 13 Mar 2024 04:29 WIB

Gibah (ilustrasi). Banyak orang mengatakan bahwa bergibah di bulan suci Ramadhan bisa melunturkan pahala berpuasa. Foto: Dok. Freepik Gibah (ilustrasi). Banyak orang mengatakan bahwa bergibah di bulan suci Ramadhan bisa melunturkan pahala berpuasa.

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Universitas Al-Azhar Kairo Mesir menyelenggarakan acara yang mengangkat tema tentang keutamaan ibadah puasa. Acara tersebut dihadiri oleh Syekh Abdul Karim Ibrahim, peneliti di Unit Urusan Kampus Al-Azhar Kairo Mesir, dan Sheikh Ahmad Abu Shaqra, mubaligh Mesir asal Daqahliyah.

Syekh Abdul Karim Ibrahim menyampaikan, Allah SWT telah menetapkan ibadah sebagai syariat dan adab untuk menata jiwa dan jasmani. Dalam syariat, agama adalah pedoman ilahi yang membimbing individu menuju jalan yang terbaik.

Baca Juga

"Ini tercermin dalam setiap aspek kehidupan beragama. Syariat hadir untuk kebaikan hamba-Nya. Hal yang sama berlaku untuk ibadah puasa. Allah menetapkan ibadah puasa dengan syariat, adab, dan kemaslahatan agama dan dunia," terangnya, dilansir Masrawy.

Dia menambahkan, Imam Abu Hamid Al-Ghazali telah membagi puasa menjadi tiga tingkatan, yaitu puasa secara umum, puasa secara khusus, dan puasa yang sangat khusus. Puasa umum adalah yang dilakukan orang awam yaitu menahan perut dan syahwat dari memenuhi hawa nafsu.

Kedua, puasa khusus adalah menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan semua anggota tubuh lain dari perbuatan dosa. Puasa yang sangat khusus adalah puasa hati dari hal-hal maupun pemikiran duniawi dan menahan hati dari segala sesuatu selain Allah sepenuhnya.

Sementara itu, Syekh Ahmad Abu Shaqra memberi penjelasan soal adab-adab penting dalam berpuasa. Dia mengingatkan ihwal pemurnian niat hanya untuk Allah dan mengarahkan semua ibadah hanya kepada-Nya.

Dia juga menekankan pentingnya makan sahur dan berbuka dengan segera, serta melakukan doa saat berbuka, membaca Alquran, bersedekah, dan memperbanyak dzikir kepada Allah.

Nabi Muhammad SAW telah mewanti-wanti agar orang yang berpuasa menjaga diri dari dosa lisannya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

- الصيامُ جُنَّةٌ ، فإذا كان أحدُكم صائمًا فلا يَرفُثْ ولا يَجهلْ ، فإنِ امْرُؤٌ شاتَمَه أو قاتَلَهُ فَليَقُلْ إنِّي صائمٌ

Dalam riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Puasa adalah pelindung. Jika kalian sedang berpuasa, jangan berkata kotor. Juga jangan bertingkah jahil (mengejek, mencela, bertengkar atau semacamnya). Jika ada orang lain yang menyerangnya atau menghinanya maka hendaklah dia berkata, 'Aku sedang puasa'." (HR. Bukhari dan Muslim)

Riwayat lain menyebut ihwal pengampunan dosa bagi mereka yang berpuasa. Dalam riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

- مَن صامَ رَمَضانَ إيمانًا واحْتِسابًا غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ، ومَن قامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إيمانًا واحْتِسابًا غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ.

"Siapa yang melaksanakan puasa Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosa yang lalu. Dan siapa yang menghidupkan lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu." (HR. Bukhari)

 

 

 

 

 

Terpopuler