Rabu 13 Mar 2024 22:29 WIB

Mendag Pastikan tak Ada Bahan Pokok yang Langka, Cuma Mahal

El nino sebabkan pergeseran masa tanam dan panen raya.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Lida Puspaningtyas
Bertepatan dengan Internasional Womans Day atau Hari perempuan Internasional, puluhan massa yang tergabung dalam Aliansi Simpul Puan Bandung, menggelar aksi sambil membawa sejumlah poster di Taman Cikapayang Dago, Kota Bandung, Jawa barat, Jumat (8/3/2024). Dalam aksi itu mereka menyampaikan tuntutan seperti turunkan harga beras dan bahan pokok lainnya, dan hentikan segala benduk diskriminasi dan kekerasan gender terhadap perempuan.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Bertepatan dengan Internasional Womans Day atau Hari perempuan Internasional, puluhan massa yang tergabung dalam Aliansi Simpul Puan Bandung, menggelar aksi sambil membawa sejumlah poster di Taman Cikapayang Dago, Kota Bandung, Jawa barat, Jumat (8/3/2024). Dalam aksi itu mereka menyampaikan tuntutan seperti turunkan harga beras dan bahan pokok lainnya, dan hentikan segala benduk diskriminasi dan kekerasan gender terhadap perempuan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Zulkfili Hasan memastikan tak ada bahan pokok yang stoknya langka. Meski ia tak menampik harganya yang mahal.

"Jadi misalnya seperti beras. Beras ada. Banjir malah. Beras SPHP dan medium itu banyak di pasar," kata Zulhas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI, Rabu (13/3/2024).

Baca Juga

Namun, kata Zulhas justru masyarakat yang tak banyak mengkonsumsi beras medium dan SPHP. Masyarakat mayoritas memilih beras seperti rojo lele, pandan wangi dan kelas premium yang memang biasa dipasok petani lokal, khususnya saat panen raya.

"Memang kita harapkan publik membeli beras SPHP dan beli beras medium. yang dibeli maunya masyarakat maunya beras lokal, ya jadi mahal lah yang produksi saat ini," kata Zulhas.

Zulhas mengatakan saat ini rerata harga beras medium berada di angka Rp 14 ribu per kilogram. Sedangkan beras SPHP atau beras bulog sebesar Rp 11 ribu per kilogram.

Kondisi harga yang melonjak seperti ini dipengaruhi oleh el nino dan musim kemarau panjang. Hal ini menyebabkan pergeseran masa tanam dan panen raya.

"Kenaikan elnino, musim kemarau panjang jadi musim tanamnya bergeser. Harusnya januari februari panen raya, ini mundur kira kira sekarang sudah, tapi belum panen raya. Nah ini april dan mei baru akan panen raya," kata Zulhas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement