Kamis 14 Mar 2024 21:40 WIB

Perubahan Iklim Picu Harga Pisang Naik di Seluruh Dunia

Pakar industri dunia peringatkan perubahan iklim pengaruhi pasokan pisang global.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Harga pisang di seluruh dunia kemungkinan besar akan melonjak karena dampak perubahan iklim.
Foto: Wallpaper Flare
Harga pisang di seluruh dunia kemungkinan besar akan melonjak karena dampak perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pakar industri mengatakan bahwa harga pisang di seluruh dunia kemungkinan besar akan melonjak karena dampak perubahan iklim. Namun beberapa pihak meyakini, jika saat ini konsumen membayar lebih mahal untuk pisang, risiko-risiko akibat krisis iklim dapat dikurangi.

Para pemimpin industri dan akademisi yang berkumpul pekan ini di Roma dalam acara World Banana Forum mengeluarkan peringatan mengenai dampak perubahan iklim terhadap produksi dan rantai pasok pisang dalam skala global. Beberapa pihak juga berpendapat bahwa menaikkan harga pisang di toko-toko kelontong dapat membantu mempersiapkan negara-negara penghasil pisang untuk menghadapi dampak pemanasan iklim.

Baca Juga

Dan Bebber, seorang profesor Inggris yang merupakan salah satu akademisi terkemuka di bidang pertanian berkelanjutan dan patogen tanaman, menjelaskan bahwa ketika suhu meningkat melebihi tingkat optimal untuk pertumbuhan pisang, ada risiko yang lebih tinggi untuk hasil panen yang rendah.

"Produsen seperti Guatemala, El Salvador, dan Kosta Rika, akan mengalami dampak negatif dari kenaikan suhu dalam beberapa dekade ke depan. Beberapa negara lain, termasuk produsen pisang utama Ekuador, saat ini tampaknya berada dalam ruang aman untuk perubahan iklim,” kata Bebber seperti dilansir CBS, Kamis (14/3/2024).

Selain peningkatan suhu, perubahan iklim juga membantu penyebaran penyakit yang mengancam pohon pisang dengan lebih mudah, khususnya jamur TR4. World Banana Forum menggambarkan jamur tersebut sebagai salah satu jamur yang paling agresif dan merusak dalam sejarah pertanian.

"Setelah satu perkebunan terinfeksi, maka jamur tersebut tidak dapat diberantas. Tidak ada pestisida atau fungisida yang efektif," ujar Sabine Altendorf, seorang ekonom yang berfokus pada rantai nilai global untuk produk pertanian di Organisasi Pertanian dan Pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).

Peningkatan suhu dan wabah penyakit berisiko memberikan tekanan pada rantai pasokan buah segar, yang mendorong kenaikan harga. Bebber juga mengatakan bahwa konsumen saat ini perlu membayar lebih mahal untuk pisang, guna mencegah masalah ini menjadi lebih buruk.

“Harga yang lebih tinggi akan membantu negara-negara yang menanam pisang untuk bersiap menghadapi perubahan iklim, melakukan mitigasi, merawat tanah, dan membayar upah yang lebih tinggi bagi para pekerjanya," kata Bebber. 

"Konsumen telah diuntungkan dengan harga pisang yang sangat murah selama beberapa dekade terakhir. Namun itu bukanlah harga yang adil, jadi ini benar-benar sesuatu yang perlu diperhatikan,” tambah dia.

Altendorf setuju, dengan mengatakan bahwa para petani memproduksi buah yang populer ini dengan harga yang sangat rendah, dan mendapatkan penghasilan yang sangat rendah. Karenanya dalam menghadapi ancaman perubahan iklim dan peningkatan bencana ekstrem, petani tentu saja memerlukan biaya besar untuk melakukan adaptasi.

"Harga yang lebih tinggi sebenarnya tidak akan membuat perbedaan besar pada konsumen, tetapi akan membuat perbedaan besar di sepanjang rantai nilai dan memungkinkan lebih banyak kelestarian lingkungan," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement