Kamis 25 Sep 2025 12:36 WIB

AS Batalkan Subsidi Energi Terbarukan Rp 200 Triliun, Trump Tuai Kritik

Langkah ini dinilai menyerahkan kepemimpinan energi bersih kepada China.

Rep: Lintar Satria / Red: Friska Yolandha
Pembangkit listrik tenaga angin di Fitjar, Norwegia, 1 April 2019.
Foto: NTB Scanpix/Jan Kare Ness via REUTERS
Pembangkit listrik tenaga angin di Fitjar, Norwegia, 1 April 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) akan membatalkan pendanaan senilai lebih dari 13 miliar dolar AS atau setara Rp 200 triliun untuk mensubsidi industri energi surya, angin, baterai dan kendaran listrik. Belum diketahui mengapa pemerintah Presiden Donald Trump mengincar pendanaan yang disetujui mantan Presiden Joe Biden itu.

Departemen Energi AS belum menanggapi permintaan komentar untuk merinci rencana tersebut.

Baca Juga

"Dengan mengembalikan dana ini ke pembayar pajak Amerika, pemerintah Trump menegaskan komitmennya untuk mendorong energi yang terjangkau, andal dan aman dan lebih bertanggung jawab dalam mengelola dana pembayar pajak," kata Departemen Energi AS dalam pernyataannya, Rabu (24/9/2025).

Pengumuman ini memicu kritikan dari Gubernur Negara Bagian California Gavin Newsom. Ia mengatakan dengan rencana ini AS menyerahkan kepemimpinan energi bersih ke Cina.

California salah satu negara bagian dengan target energi bersih dan pemangkasan emisi rumah kaca paling ambius di AS. "Presiden (Cina) Xi (Jinping) saya tidak tahu apalagi yang akan ia puji, saya kira ia akan memberi Trump pelukan hangat ketika ia tiba," kata Newsom saat menghadiri pertemuan perubahan iklim di New York.

Pada pekan ini Trump mengatakan ia berencana bertemu dengan Xi dalam beberapa pekan ke depan. Pengumuman Departemen Energi AS disampaikan satu hari setelah Trump menyebut perubahan iklim sebagai "penipuan terbesar" di dunia dalam pidatonya di Sidang Umum PBB.

Ia memperkuat keraguannya terhadap inisiatif lingkungan global dan institusi-institusi multilateral. Sejak berkuasa awal tahun ini Trump mendorong produksi minyak dan gas yang sudah tembus rekor pada Januari lalu. Ia juga memangkas subsidi untuk energi terbarukan dan kendaraan listrik.

Dalam konferensi pers di New York, Menteri Energi AS Chris Wright sempat menyinggung rencana pembatalan subsidi tersebut. Ia merujuk pesan Trump di Sidang Umum PBB.

"(Presiden Trump memberi pesan bahwa PBB dan banyak negara) menyimpang jauh dari jalur dalam mengatasi perubahan iklim, membesar-besarkannya sebagai ancaman terbesar di dunia, hal ini mendorong pengeluaran besar-besaran dengan dampak positif yang sangat kecil," kata Wright.

Namun laporan yang dirilis lembaga advokasi E2 pekan lalu menunjukkan pada 2024 lapangan kerja di industri energi surya, angin dan sumber energi bersih lainnya tumbuh tiga kali lipat dibandingkan seluruh lapangan kerja lain di AS. E2 mengatakan banyak lapangan kerja yang terancam hilang karena upaya Trump menghalangi pengembangan energi terbarukan.  

Wright juga mengatakan ia tidak berencana untuk menghadiri Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP30) di Brasil bulan November mendatang. Namun ia mengaku menikmati diskusi tentang energi dan iklim dengan orang yang berbeda pandangan dengannya.

"Tidak ada yang tidak mungkin," katanya mengenai partisipasinya di COP30.

sumber : REUTERS
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement