Rabu 20 Mar 2024 10:53 WIB

Kanselir Scholz: Jerman tak Butuh Senjata Nuklir

Scholz menolak saran bahwa Jerman harus memiliki hulu ledak nuklir sendiri.

Red: Setyanavidita livicansera
Kanselir Jerman Olaf Scholz, depan, berfoto di kantor kanselir di Berlin, Rabu, (6/3/2024), 100 hari menjelang dimulainya kejuaraan sepak bola Euro 2024.
Foto: AP Photo/Markus Schreiber
Kanselir Jerman Olaf Scholz, depan, berfoto di kantor kanselir di Berlin, Rabu, (6/3/2024), 100 hari menjelang dimulainya kejuaraan sepak bola Euro 2024.

REPUBLIKA.CO.ID,  BERLIN -- Kanselir Jerman Olaf Scholz menolak saran bahwa Jerman harus memiliki hulu ledak nuklir sendiri dan mengurangi ketergantungan pada perlindungan Amerika Serikat (AS). "Jerman tidak membutuhkan senjata nuklirnya sendiri," kata Scholz pada Selasa dalam diskusi panel dan menekankan bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tetap menjadi landasan keamanan Eropa.

Menanggapi pertanyaan pada konferensi "Eropa 2024", Scholz mengatakan meski ada perbedaan politik antara AS dan mitra-mitra Eropanya, hubungan transatlantik tetap kuat dan penting. “Mungkin kami memiliki penilaian yang berbeda secara geopolitik, namun satu hal yang cukup jelas, kami memiliki nilai-nilai yang sama dalam hal demokrasi dan supremasi hukum. Dan itu yang membuat kami berbeda dari yang lain,” ujarnya.

Baca Juga

"Tentu saja, kami lebih kuat dalam aliansi transatlantik. Jadi tidak ada alasan apa pun untuk menantang hal-hal yang begitu berharga, yaitu NATO, dan kerja sama transatlantik," tambah Scholz. Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa politisi Jerman menyarankan agar negara itu mengembangkan persenjataan nuklir milik sendiri, bersama dengan mitra mereka di Uni Eropa, dan mengurangi ketergantungan pada perlindungan AS.

Saran tersebut muncul setelah mantan presiden AS Donald Trump pada bulan lalu mengecam sekutu-sekutu Eropa karena tidak membayar bagian mereka dalam pengeluaran NATO secara adil. Trump juga memberi isyarat bahwa AS mungkin mempertimbangkan kembali perlindungan nuklirnya untuk Eropa jika ia terpilih kembali menjadi presiden AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement