REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Soraya Ali dari Save the Children mengatakan dampak psikologis perang pada anak-anak Gaza "tragis." Ali yang baru pulang dari Gaza mengatakan ia bertemu seorang perempuan yang mengaku dibanding makanan ia lebih membutuhkan dukungan mental.
"Dan itu menunjukkan pada anda konsekuensi jangka-panjang perang ini pada anak-anak dan keluarga," kata Ali pada Aljazirah, Rabu (27/3/2024).
"Orang-orang terpaksa pindah lagi dan lagi. Kini di selatan mereka tidak tahu harus pergi kemana dan anda bisa melihat dampaknya pada mereka," tambah Ali.
Sebelumnya, juru bicara Dana Anak-anak PBB (UNICEF) James Elder mengatakan Gaza "memecahkan rekor babak tergelap kemanusiaan." Pernyataan ini ia sampaikan usai berkunjung ke kantong pemukiman Palestina itu.
"Gencatan senjata harus substantif, bukan simbolik. Sandera harus segera pulang. Orang-orang di Gaza harus diizinkan hidup," kata Elder dalam pernyataan yang disampaikan usai Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi gencatan senjata Gaza.
Elder menggambarkan situasi kemanusiaan di Rafah sangat buruk. Hanya ada satu toilet bagi setiap 850 orang dan satu kamar mandi untuk setiap 3.600 orang. "Ini adalah pengabaian yang sangat buruk terhadap kebutuhan dan martabat manusia," katanya.
"(Khan Younis) nyaris tidak ada lagi, selama 20 tahun saya bekerja di PBB, saya belum pernah melihat kehancuran seperti ini. Hanya kekacauan dan kehancuran, dengan puing-puing dan reruntuhan yang berserakan di segala penjuru. Kehancuran total," tambah Elder.
Ia mengatakan di Jabalia, puluhan ribu orang di jalanan meletakkan tangan mereka di mulut, "tanda kelaparan yang universal", sementara ratusan truk masih tertahan menunggu untuk masuk ke Gaza.
"Kemanusiaan harus segera menulis babak baru," kata Elder.