Prof Quraish mengatakan jika ditelusuri makna seluruhnya kecuali pada Surah an-Nisa' ayat 73, fawz mengandung makna pengampunan dan keridhaan Tuhan serta kebahagiaan surgawi. Jika demikian, maka wal faizin harus dimaknai sebagai harapan dan doa. Harapannya mendapatkan ampunan dan ridha Allah sehingga mendapatkan kenikmatan.
Menurut Prof Quraish, salah satu syarat mendapatkan anugerah tersebut sebagaimana ditegaskan dalam penggalan Surah an-Nur ayat 22:
وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Wal ya‘fū wal yaṣfaḥū, alā tuḥibbūna ay yagfirallāhu lakum, wallāhu gafūrur raḥīm(un).
Artinya: "Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Sejarah ayat ini berkaitan dengan kasus Abu Bakar r.a dengan salah seorang yang selama ini dibantu tapi ikut ambil bagian dalam menyebarluaskan gosip terhadap putri beliau sekaligus istri Nabi saw, Aisyah r.a. Abu Bakar pun sangat marah hingga bersumpah tidak akan memaafkan dan tidak akan memberi bantuan apapun kepadanya.
Prof Quraish mengajak dengan makna Minal 'Aidzin wal Faizin tersebut umat Islam agar saling berlapang dada dan mengulurkan tangan dengan mengucapkan Minal 'Aidzin wal Faizin. Dengan harapan mendapatkan kenikmatan dan kembali suci setelah satu bulan berpuasa Ramadhan.