REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sekitar 120 ribu orang pada Jumat (5/4/2024) berkumpul di kompleks Masjid Al-Aqsa. Terjadi bentrokan kecil antara jamaah dan polisi Israel yang mengontrol pintu masuk masjid. Ini menggambarkan bagaimana Muslim Palestina melewati hari-hari yang penuh ketegangan di bulan Ramadhan.
Salah seorang warga Palestina, Adli al-Agha, mengatakan banyak orang harus melarikan diri dari sholat Subuh setelah polisi Israel mengerahkan drone mini yang menyemprotkan gas air mata untuk membubarkan jamaah.
Padahal hari Jumat tersebut ditandai malam Lailatul Qadar, yang dianggap sebagai malam paling suci di bulan Ramadhan. Malam lailatul qadar memperingati saat Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Lailatul Qadar adalah malam di mana umat Islam yakin doa mereka kemungkinan besar akan dikabulkan dan toko-toko tetap buka hingga dini hari. Namun, banyak warga Palestina yang tidak berminat untuk membuka toko-tokonya dan mereka memilih melaksanakan sholat dan berdoa agar perang di Gaza berakhir setelah hampir enam bulan pertumpahan darah.
Warga Palestina yang lain, Sameeha al-Qadi, yang datang dari dekat Betlehem, mengatakan Yerusalem menjadi kota yang menyedihkan dan kehilangan cahayanya. "Kita semua merasakan apa yang terjadi di Gaza. Kita tidak bisa menghindarinya sebentar pun," ujarnya, dilansir Aljazirah, Ahad (7/4/2024).
Tahun ini hanya ada sedikit...