Jumat 12 Apr 2024 10:45 WIB

Buntut Gugatan ke ICJ, Meksiko Desak Ekuador Dikeluarkan Sementara Dari PBB

Meksiko berharap dapat menguji sistem peradilan internasional.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Para pegawai Kedubes Meksiko di kota Quito, Ekuador bergegas kembali ke negaranya menyusul serbuan polisi Ekuador, Senin(8/4/2024).
Foto: EPA-EFE/Jose Jacome
Para pegawai Kedubes Meksiko di kota Quito, Ekuador bergegas kembali ke negaranya menyusul serbuan polisi Ekuador, Senin(8/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Menteri Luar Negeri Meksiko Alicia Barcena mengatakan Ekuador harus dikeluarkan sementara dari PBB sampai negara Amerika Selatan itu mengeluarkan permintaan maaf terbuka atas penyerbuan ke Kedutaan Besar Meksiko di Quito. Permintaan itu bagian dari kasus yang diajukan Meksiko ke Mahkamah Internasional (ICJ) Kamis (11/4/2024).

Pada Jumat (5/4/2024) lalu, polisi Ekuador masuk ke dalam kedutaan dan menangkap mantan Wakil Presiden Jorge Glas yang meminta dan mendapatkan suaka politik di Meksiko. Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengkritik penangkapan tersebut sebagai "otoritarianisme" dan memicu Meksiko memutus hubungan diplomatik dengan Ekuador.

Baca Juga

Barcena mengatakan, Meksiko berharap dapat menguji sistem peradilan internasional, sehingga peristiwa di Quito tidak terjadi lagi di masa depan. Penyerbuan polisi Ekuador ke kedutaan Meksiko bukanlah satu-satunya serangan terhadap misi diplomatik dalam beberapa hari terakhir.

Pada 1 April 2024, konsulat Iran di ibukota Suriah, Damaskus, hancur dalam serangan rudal yang diyakini dilakukan Israel. Serangan itu menewaskan beberapa penasihat militer Garda Revolusi Iran (IRGC) yang berada di konsulat saat serangan terjadi.