Jumat 19 Apr 2024 16:02 WIB

Erick Minta BUMN Gerak Cepat Ambil Langkah Antisipatif Hadapi Penguatan Dolar AS

Pengendalian belanja dan impor BUMN harus dengan prioritas dan sesuai kebutuhan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Erick Thohir meminta BUMN mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan, bukan memborong. (ilustrasi)
Foto: Republika On Line/Mardiah diah
Erick Thohir meminta BUMN mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan, bukan memborong. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat inflasi di AS yang sulit turun salah satunya dipicu oleh kenaikan harga energi. Situasi perang saat ini membuat harga energy Global akan sulit turun. Akibatnya Bank Sentral di seluruh dunia akan merespon dengan menunda kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan.

Akibatnya terjadi capital outflows dari negara berkembang dan membuat kenaikan imbal hasil obligasi, kenaikan suku bunga pasar dana (funding market) dan akhirnya kredit. Saat ini imbal hasil Obligasi Negara sudah di 6,98 persen. 

Baca Juga

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) yang besar seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, agar melakukan pembelian dolar dengan tepat guna, bijaksana dan sesuai prioritas dalam memenuhi kebutuhannya. 

"Arahan saya kepada BUMN adalah untuk mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan, bukan memborong, intinya adalah jangan sampai berlebihan, kita harus bijaksana dalam menyikapi kenaikan dollar saat ini," ujar Erick di Jakarta, Jumat (19/4/2024).

Erick menambahkan hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam mengantisipasi dampak lanjutan dari gejolak geopolitik dan ekonomi global. Di mana Pemerintah telah memiliki instrumen dalam bentuk devisa hasil ekspor yang ingin ditempatkan di dalam negeri, selain itu Pemerintah menginginkan impor konsumtif dapat ditahan dulu dalam situasi saat ini.

"Untuk itu pengendalian belanja dan impor BUMN harus dengan prioritas dan sesuai dengan kebutuhan yang paling mendesak," sambung Erick. 

Utamanya untuk BUMN-BUMN yang memiliki eksposur impor dan memiliki hutang dalam denominasi dolar AS, Erick justru untuk mengingatkan para direksi BUMN agar lebih awas dan tidak membeli dolar secara berlebihan, dan menumpuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement