Senin 22 Apr 2024 16:45 WIB

Setelah Dubai, Kini Provinsi Guangdong Terancam Banjir Besar 

Permukaan air sungai dan anak sungai di sungai Xijiang dan Beijiang melonjak drastis.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Suasana di dalam Masjid Shahabi Saad bin Abi Waqqash atau dalam bahasa Mandarin dikenal dengan Xian Xiamn Qingzhensi, yang berada di area Makam Saad bin Abi Waqqash di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, China.
Foto: Qommaria Rostanti / Republika
Suasana di dalam Masjid Shahabi Saad bin Abi Waqqash atau dalam bahasa Mandarin dikenal dengan Xian Xiamn Qingzhensi, yang berada di area Makam Saad bin Abi Waqqash di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, China.

REPUBLIKA.CO.ID, GUANGDONG -- Sungai-sungai besar, jalur air, dan bendungan di Provinsi Guangdong terancam meluap dan melepaskan banjir bandang berbahaya. Hal ini memaksa Pemerintah Cina memberlakukan rencana darurat untuk melindungi lebih dari 127 juta orang.

Stasiun televisi CCTV melaporkan, pejabat cuaca setempat yang menggambarkan situasinya 'suram' mengatakan permukaan air sungai dan anak sungai di sungai Xijiang dan Beijiang mengalami lonjakan drastis. Peluang lonjakan ini terjadi satu banding 50. di tahun-tahun tertentu.  

Baca Juga

Pada Ahad (21/4/2024) CCTV melaporkan, kementerian sumber daya air Cina mengeluarkan peringatan darurat. Pejabat pemerintah Guangdong mendesak departemen-departemen di semua daerah dan kota mulai membuat rencana darurat untuk mencegah bencana alam dan segera menyalurkan dana dan material bantuan untuk memastikan warga terdampak memiliki makanan, pakaian dan air dan tempat tinggal sementara.

Guangdong merupakan salah satu pusat ekspor dan perdagangan Cina. Provinsi itu diguyur hujan deras dan dilanda angin kencang selama beberapa hari, pola cuaca yang juga berdampak pada sejumlah wilayah di Cina.

Hujan deras selama 12 jam dimulai pukul 20.00 Sabtu (20/4/2024). Hujan mengguyur bagian tengah dan utara provinsi itu termasuk Kota Zhaoqing, Shaoguan, Qingyuan dan Jiangmen. Tim penyelamat sudah dikerahkan ke kota-kota tersebut. Media Pemerintah Cina melaporkan lebih dari 45 ribu orang dievakuasi dari Qingyuan. Beberapa fasilitas listrik di Zhaoqing rusak, memutus aliran listrik ke beberapa tempat.

Media yang didukung pemerintah Cina mengatakan, terdapat 1,16 juta rumah tangga yang kehilangan aliran listrik di Provinsi Guangdong karena hujan deras. Radio pemerintah Cina melaporkan 1.103 sekolah di Zhaoqing, Shaoguan dan Qingyuan akan meliburkan kelasnya pada Senin (22/4/2024).

"Mohon lihat di Kabupaten Huaji, Zhaoqing, yang menjadi kota air. Orang lanjut usia dan anak-anak di pedesaan tidak tahu apa yang perlu dilakukan saat listrik padam dan tidak ada sinyal," kata salah seorang pengguna media sosial Weibo.

Video yang dipublikasikan Hongxing News menunjukkan, banjir menyeret satu kendaraan di jalan sempit di Zhaoqing. "Air hujan seperti air terjun selama satu setengah jam dalam perjalanan di jalan tol semalam, saya tidak bisa melihat jalan sama sekali," kata pengguna Weibo lainnya.

Pihak berwenang di Qingyuan dan Shaoguan juga menangguhkan perjalanan kapal melalui beberapa sungai. Departemen maritim mengerahkan petugas dan mengkoordinasikan kapal tunda dan kapal penyelamat darurat.

Pejabat cuaca memperingatkan permukaan air di banyak pos hidrologi di Provinsi Guangdong telah melebihi batas. Pejabat pemerintah mengumumkan bendungan di Kota Guangzhou, Ibukota Provinsi Guangdong yang berpopulasi 18 juta orang, melewati batas banjir. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement