Selasa 23 Apr 2024 17:29 WIB

Kenaikan Kasus Arbovirus Dinilai Jadi Desakan Pengembangan Vaksin Baru

Strategi utama untuk menangani arbovirus adalah mengontrol faktor penyebab arbovirus.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Vaksin (ilustrasi). Kasus dan risiko penyebaran arbovirus yang meningkat dinilai sebagai desakan untuk mengembangkan vaksin baru.
Foto: www.pixabay.com
Vaksin (ilustrasi). Kasus dan risiko penyebaran arbovirus yang meningkat dinilai sebagai desakan untuk mengembangkan vaksin baru.

REPUBLIKA.C.O.ID, JAKARTA -- Kasus dan risiko penyebaran arbovirus yang meningkat dinilai sebagai desakan untuk mengembangkan vaksin baru. Hal ini disampaikan ketua proyek vaksin mRNA dan vektor viral Bio Farma dr Indra Rudiansyah dalam Arbovirus Summit yang disiarkan di kanal YouTube resmi Kementerian Kesehatan RI di Jakarta, Selasa (23/4/2024).

Indra mengatakan strategi utama untuk menangani arbovirus adalah dengan mengontrol faktor penyebab arbovirus, contohnya penggunaan pestisida atau nyamuk ber-Wolbachia. "Tapi juga mungkin kita bisa memperkenalkan senyawa baru sebagai senyawa utama di pestisida guna menurunkan atau mengontrol faktor-faktor itu. Namun, tidak ada jaminan bahwa strategi alternatif di masa depan dapat benar-benar mengenyahkan arbovirus. Sehingga, kita juga perlu melindungi diri sendiri dengan cara meningkatkan imunitas," katanya.  

Baca Juga

Dia mengatakan pada masa lalu, penggunaan pestisida menjadi salah satu cara untuk menurunkan jumlah nyamuk. Akan tetapi, katanya, kini banyak sekali nyamuk yang resisten terhadap pestisida. Oleh karena itu, ujarnya, vaksin menjadi penting dalam penanganan arbovirus.

Dia menjelaskan, saat ini ada sejumlah vaksin untuk penyakit arboviral, seperti vaksin demam kuning yang diambil orang yang berpergian ke atau tinggal di daerah endemik. Kemudian, katanya, ada juga vaksin chikungunya yang baru diberi lisensi, namun penggunaannya masih terbatas di Amerika Serikat.