Rabu 24 Apr 2024 16:52 WIB

BI Peringatkan Ketidakpastian Global Semakin Tinggi

BI menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen.

Rep: Iit Setyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Foto: ANTARA/Andi Firdaus
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai, risiko dan ketidakpastian pasar keuangan global semakin meningkat. Kondisi itu disebabkan oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta berubahnya arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kondisi itu membuat investor global memindahkan portofolio ke aset yang lebih aman. Terutama ke mata uang dolar AS dan emas. Akibatnya, banyak modal asing keluar dan menyebabkan pelemahan sejumlah nilai tukar termasuk Indonesia.

Baca Juga

Perry menjelaskan, tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih kecil dan lebih lama dari perkiraan atau higher for longer. Ini sejalan pula dengan pernyataan para pejabat Federal Reserve System.

"Perkembangan ini dan besarnya kebutuhan utang Amerika Serikat mengakibatkan terus meningkatnya yield US Treasury dan penguatan dolar Amerika Serikat yang semakin tinggi secara luas dan global," tutur dia dalam konferensi pers virtual, Rabu (24/4/2024).

Ke depannya, kata dia, bank sentral akan terus mencermati risiko arah penurunan FFR dan dinamika geopolitik global. Itu karena, bisa menyebabkan ketidakpastian ekonomi global berlanjut sehingga berdampak terhadap perekonomian domestik.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG), Bank Indonesia (BI) pun menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps). Maka kini menjadi 6,25 persen, sebelumnya enam persen.

BI juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen. suku bunga lending faciity naik sebesar 25 bps menjadi tujuh persen. Kenaikan tersebut merupakan yang pertama kali tahun ini. Sebelumnya bank sentral menaikkan suku bunga pada Oktober tahun lalu. Perry menuturkan, kenaikan suku bunga acuan tersebut dilakukan guna memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.

"Untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak meningkat ketidakpastian global,” katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement