Ahad 28 Apr 2024 19:16 WIB

Masyarakat Diimbau Waspada Potensi Longsor dan Banjir Bandang Setelah Gempa Garut M 6,2

Getaran akibat gempa mungkin mengakibatkan lereng retak dan rapuh.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Pemilik rumah menunjukkan kerusakan rumahnya pascagempa di Desa Sukamulya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Ahad (28/4/2024). BPBD Ciamis mencatat sebanyak 22 rumah di 12 Kecamatan di Kabupaten Ciamis mengalami kerusakan akibat guncangan gempa bumi berkekuatan magnitudo 6.5 di barat daya Garut.
Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Pemilik rumah menunjukkan kerusakan rumahnya pascagempa di Desa Sukamulya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Ahad (28/4/2024). BPBD Ciamis mencatat sebanyak 22 rumah di 12 Kecamatan di Kabupaten Ciamis mengalami kerusakan akibat guncangan gempa bumi berkekuatan magnitudo 6.5 di barat daya Garut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta masyarakat Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Garut, dan sekitarnya, untuk mewaspadai adanya sejumlah potensi bencana. Peringatan itu dikeluarkan sesuai adanya guncangan gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 6,2, Sabtu (27/4/2024).

"Kepada masyarakat kami mengimbau untuk tenang, namun tetap waspada apabila turun hujan baik dengan intensitas sedang hingga lebat. Terutama masyarakat yang bertempat tinggal pada lereng-lereng bukit, perbukitan, gunung, ataupun pegunungan dan daerah aliran sungai, karena berpotensi terjadi longsor dan banjir bandang," ungkap Dwikorita dalam keterangan tertulis dikutip Ahad (28/4/2024).

Baca Juga

Dwikorita mengatakan, getaran yang terjadi akibat gempa sangat mungkin mengakibatkan lereng-lereng itu menjadi retak-retak atau rapuh, dan apabila terguyur hujan, air hujan yang meresap dikhawatirkan akan mendorong massa tanah dan/atau batuan menjadi longsor. Curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, kata dia, juga dapat mengakibatkan banjir bandang dengan membawa material tanah, bebatuan, dan pepohonan. Karenanya, BMKG meminta masyarakat dan pemerintah daerah untuk mewaspadai potensi bencana ikutan tersebut.

BMKG, ujar dia, juga mengimbau masyarakat untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Kepada masyarakat yang rumahnya mengalami kerusakan, rusak sebagian, atau miring akibat terdampak gempa maka dihimbau tidak menempatinya untuk sementara waktu dan dihimbau tinggal di tempat yang lebih aman (kokoh dan stabil).

"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal apakah cukup tahan gempa, atau  tidak ada kerusakan yang dapat membahayakan kestabilan bangunan, sebelum kembali ke dalam rumah," ujar Dwikorita.

Kepala Pusat Gempa Nasional, Daryono menyatakan gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 6,2 yang mengguncang Kabupaten Garut dan sekitarnya adalah gempa utama. Hasil analisis BMKG, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa barat atau populer disebut sebagai gempa dalam lempeng (intraslab earthquake). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault). Episentrum gempa bumi berlokasi di laut pada jarak 156 kilometer arah Barat Daya Kabupaten Garut, Jawa Barat pada kedalaman 70 kilometer.

"Gempa semalam adalah langsung gempa utama (mainshock), kemudian amblas dan energi habis atau lepas total. Tidak ada gempa pembuka dan miskin susulan. Hingga pukul 23.55 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 1 aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo 3,1," ujar Daryono.

Hasil pemodelan BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement