Selasa 07 May 2024 08:31 WIB

Sekjen PBB: Serangan Darat Israel ke Rafah tak Dapat Diterima

Hamas telah menyatakan menerima usulan gencatan senjata.

Red: Setyanavidita livicansera
Seorang wanita dan anak-anak Palestina membawa barang-barang mereka di jalan, setelah perintah evakuasi dikeluarkan oleh tentara Israel, di Rafah, Jalur Gaza selatan, 6 Mei 2024.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Seorang wanita dan anak-anak Palestina membawa barang-barang mereka di jalan, setelah perintah evakuasi dikeluarkan oleh tentara Israel, di Rafah, Jalur Gaza selatan, 6 Mei 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (6/5/2024) menegaskan bahwa serangan darat Israel ke Kota Rafah di Jalur Gaza bagian selatan 'tak akan dapat diterima'. "Hari ini, saya memohon dengan amat sangat kepada pemerintah Israel dan pimpinan Hamas untuk berupaya sekeras mungkin demi mewujudkan kesepakatan yang sangat penting," kata Guterres menjelang pertemuannya dengan Presiden Italia Sergio Mattarella di Markas PBB, New York.

"Hal tersebut adalah kesempatan yang tak boleh disia-siakan, dan serangan darat ke Rafah tidak akan dapat ditoleransi karena dampak kemanusiaannya sangat besar dan dapat menyebabkan kawasan semakin tidak stabil," ucap Sekjen PBB, menambahkan.

Baca Juga

Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada Senin malam menyatakan menerima usulan gencatan senjata di Jalur Gaza yang dirancang Mesir dan Qatar. Namun, Israel menyatakan, tawaran gencatan senjata dari Hamas gagal memenuhi tuntutan utamanya.

Kabinet perang Israel juga memutuskan melanjutkan rencana operasi militer di Rafah. Mereka menyebut, hal tersebut adalah untuk memberi tekanan militer kepada Hamas demi membebaskan semua sandera dan mencapai tujuan perang yang lain.