REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut laporan Kementerian Kesehatan Meksiko, negara itu telah mencatatkan 48 kematian dalam serangkaian gelombang panas sejak Maret, demikian menurut laporan Kementerian Kesehatan. Selain itu, lebih dari 950 orang telah menderita berbagai dampak kesehatan pada periode yang sama.
Pada tahun lalu, Meksiko melaporkan rekor 419 kematian terkait panas pada musim panas, yang berlangsung dari Maret hingga Oktober, di negara berpenduduk 129 juta jiwa ini. Presiden Andres Manuel Lopez Obrador menggambarkan cuaca panas tahun ini sebagai sesuatu yang luar biasa.
"Ini adalah fenomena alam yang sangat disesalkan terkait dengan perubahan iklim," kata Lopez Obrador seperti dilansir Phys, Senin (27/5/2024).
Dia mengatakan, suhu yang tinggi dan kurangnya angin memperparah masalah polusi di Mexico City. Ibu kota yang terletak di ketinggian 2.240 meter di atas permukaan laut ini secara tradisional memiliki iklim sedang dan hanya sedikit rumah yang memiliki pendingin ruangan atau AC.
Padahal, termometer di Mexico City mencapai rekor 34,3 derajat Celsius pada 9 Mei, merujuk data Komisi Air Nasional. Bahkan negara bagian timur laut San Luis Potosi mencatat suhu tertinggi 49,6 derajat Celsius.
Para ilmuwan dari National Autonomous University of Mexico memperingatkan bahwa akan ada lebih banyak rekor yang akan terpecahkan dalam dua pekan ke depan. “Tahun ini akan menjadi tahun terpanas dalam sejarah," kata Francisco Estrada, koordinator Program Penelitian Perubahan Iklim di universitas tersebut, dalam sebuah konferensi pers.
Bukan hanya manusia yang menderita akibat gelombang panas ini. Di Meksiko selatan, puluhan monyet howler juga dilaporkan mati akibat paparan suhu panas.