REPUBLIKA.CO.ID, Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa berbagi kisah saat melakukan lawatannya ke Moskow, Rusia, pada 1994. Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama ini punya satu kebiasaan. Ketika berkunjung di satu kota, Khofifah kerap menanyakan keberadaan masjid. Jika ada waktu, ia menyempatkan diri datang ke masjid. Setelah bertanya kepada penduduk setempat, ia diberitahu ada satu masjid yang bisa digunakan untuk shalat. Tebersitlah rasa penasaran di benak Khofifah.
Pada 1994 ketika dia datang ke Moskow, kondisi geopolitik Rusia belum cukup stabil. Presiden Mikhail Gorbachev yang memerintah sebelumnya mengeluarkan kebijakan glasnost perestroika (keterbukaan politik dan restrukturisasi ekonomi), sampai akhirnya terjadi pembubaran Uni Soviet pada Desember 1991.
"Saya tanya bagaimana ceritanya masjid ini boleh beroperasi, ternyata itu permintaan Bung Karno. Ini sebetulnya bargain-nya presiden Sukarno, saya mau ke Rusia kalau ada masjid di Moskow dibuka, kemudian ada makam Imam Bukhari," kata Khofifah kepada Republika, Senin (22/5).
Menurut Khofifah, Bung Karno bersedia pergi ke Rusia asalkan presiden Rusia bisa memenuhi dua syarat tersebut. "Tolong masjid yang di Moskow tolong satu dibuka, jangan semua ditutup gitu. Beri kesempatan umat Islam tetap punya tempat ibadah di Kota Moskow," kata Khofifah menirukan.
Selain masjid di Moskow, Sukarno juga meminta Pemerintah Rusia menemukan makam Imam Bukhari di daerah Samarkand, Uzbekistan. Daerah Samarkand, atau yang juga dikenal dengan nama Bukhara, merupakan tempat kelahiran Imam Bukhari.
Presiden Rusia pun mengutus orang untuk mencari keberadaan makam perawi hadis tersebut. Setelah satu bulan pencarian, makam itu tidak juga ditemukan.
Tapi, Sukarno bersikukuh. Ia hanya mau datang ke Rusia jika makam itu ditemukan. Pencarian kembali dilakukan. Selang berapa lama, tim yang ditugaskan akhirnya berhasil menemukan makam Imam Bukhari. Presiden Sukarno menyempatkan diri berziarah ke makam tersebut dalam kunjungannya ke Rusia.
Kondisi makam Imam Bukhari sudah sangat tidak terawat hingga membuat Bung Karno sedih dan prihatin. Saking sedihnya, Bung Karno sampai menawarkan untuk membawa makam tersebut ke Indonesia. Ia bersedia mengganti berat badan Imam Bukhari dengan berat badan emas.
"Sampai begitu. Ternyata sama presiden Rusia (ditolak), 'tidak kita akan rawat di sini'. Akhirnya kemudian dibikinkanlah masjid di situ, maka sampai sekarang makam ini ditutup. Hanya dibuka kalau ada peziarah dari Indonesia karena penghormatannya," ujar Khofifah. Karena itulah, Sukarno punya tempat istimewa di hati umat Islam Rusia.