REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Di samping sisi gelap selama pendudukan Jepang tiga setengah tahun, Jepang berperan dalam mengindonesiakan nama-nama dan langsung melarang nama-nama Belanda. Nama Batavia diganti Jakarta. Buitenzorg menjadi Bogor. Cherebon menjadi Cirebon dan Meester Cornelis jadi Jatinegara.
Di Jakarta banyak nama kampung berdasarkan etnis dari penduduknya. Dulu, Belanda memang mengelompokkan mereka dalam satu tempat. Seperti Kampung Ambon, merupakan nama tempat di Rawamangun, Jakarta Timur. Nama ini sudah ada sejak awal berdirinya VOC (1619).
Pada waktu itu gubernur jenderal JP Coen menghadapi persaingan dengan Inggris. Untuk memperkuat angkatan perang VOC, Coen pergi ke Ambon. Pasukan Ambon yang dibawanya dimukimkan di suatu lahan kosong di selatan kota Batavia, yang kemudian hingga kini dikenal sebagai Kampung Ambon.
Suasana pintu gerbang Meester Cornelis tahun 1760-an (kini Jatinegara)
Di wilayah DKI juga terdapat beberapa kampung yang menyandang nama Kampung Bali, karena pada abad ke-17 atau 18 dijadikan pemukiman orang Bali, yang masing-masing dipimpin oleh seorang pemimpin kelompok etnisnya. Untuk membedakan satu sama lainnya, dewasa ini biasa dilengkapi dengan nama kawasan tertentu yang berdekatan, yang cukup banyak dikenal. Seperti, di Jatinegara terdapat Kampung Balimester, sekalipun sekarang ini sulit ditemukan orang Bali. Perkampungan ini berdiri sejak 1667.
Di sebelah barat Jl Gajah Mada terletak Kampung Bali Krukut. Kampung Bali Angke sekarang jadi Kelurahan Angke, Jakarta Barat. Di sana terdapat masjid tua yang dibangun pada 2 April 1761. Rupanya orang-orang Bali yang dulunya merupakan budak belian kemudian banyak yang memeluk agama Islam.