Sabtu 05 Oct 2019 06:16 WIB
Catatan HUT TNI Ke-74

Celana Pendek Prajurit Barisan Keamanan Rakyat

Angkatan bersenjata Indonesia bertransformasi dari BKR, TKR, hingga menjadi TNI.

Barisan Keamanan Rakyat (BKR).
Foto: Arsip Nasional
Barisan Keamanan Rakyat (BKR).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan dari Jalan Pengangsaan Timur (kini Jl Proklamasi) 56, Jakarta, yang ketika itu merupakan kediaman Bung Karno, dengan cepat menyebar ke seantero Nusantara. Selebaran berisi informasi Indonesia merdeka disebarkan para pemuda.

Mereka juga melakukan corat-coret di tembok-tembok dan kendaraan umum yang menyatakan: "Siap mati untuk mempertahankan kemerdekaan RI."

Di awal-awal kemerdekaan, prajurit Barisan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian menjadi TNI-ABRI masih menggunakan celana pendek dan peci pandan. Bahkan, sebagian besar bertelanjang kaki. Belum dikenal pakaian seragam Angkatan Bersenjata.

Di samping pembentukan BKR, telah tumbuh pula badan-badan atau organisasi lainnya, seperti Angkatan Pemuda Indonesia, PETA, Hizbulah, dan banyak lagi. Sehubungan dengan itu, diadakan pemanggilan kepada mereka termasuk para Heiho yang dibentuk Jepang, Barisan Pelopor yang dibentuk di kampung-kampung menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai alat keamanan negara.

Sambutan para pemuda cukup besar dan membanjir bahkan melebihi maksimum yang diperlukan. Pada tanggal 5 Oktober 1945, dikeluarkan maklumat mengenai pembentukan TKR.

TNI/ABRI setiap tanggal 5 Oktober memperingati ulang tahunnya, berdasarkan pembentukan TKR. Ketika Sekutu (Inggris) datang ke Indonesia, di mana ikut membonceng NICA (Belanda), mendapatkan perlawanan sengit dari para pejuang.

Kemudian, para anggota TKR itu seluruhnya ditempatkan dan dipusatkan di daerah perbatasan Kota Jakarta, yang diresmikan sebagai kota diplomasi. Maka, terkenallah Karawang-Bekasi sebagai basis kegiatan gerilya.

Chairil Anwar dalam sajaknya menggambarkan betapa hebatnya pertempuran, yang dilakukan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan di front Karawang-Bekasi.

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi

Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement