REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Muhammad Subarkah
"Revolusi, Revolusi, Revolusi sampai mati! Ungkapan heroik ini terdengar meledak seperti tembok tebal yang roboh ketika massa demonstran selama tiga hari menduduki Gedung DPR (Gedung Parlemen) di kawasan Senayan Jakarta.
Ribuan orang menyesaki gedung yang memakai model arsitektur tempurung atau batok kelapa ala punggung kura-kura itu. Masa berjaket mahasiswa memang menjadi mayoritasnya. Tapi memang juga tampak massa dari kalangan rakyat biasa atau pelajar yang ikut menyesaki area gedung itu.
Entah dari mana datangnya, massa tiba-tiba memasuki gedung parlemen itu laksana munculnya gelontoran air bah akibat terjadinya bencana tsunami raksasa. Kabar burung yang beredar yang beredar saat itu menyatakan pihak Panglima ABRI saat itu memutuskan membuka pintu gedung parlemen agar masa bisa masuk guna menghindari munculnya korban yang tak diinginkan akibat massa hanya berada di luar gedung atau jalanan.
Maka, pihak keamanan pun kala itu tak mau lagi ngotot membiarkan masa terus berada di luar gedung atau menyesaki jalanan Gatot Subroto. Mereka terlihat membiarkan masa menjebol pintu masuk yang ada di bagian depan gedung yang sebelumnya memang dijaga dan dipertahankan secara ketat.