Rabu 22 Jun 2016 11:31 WIB
Kontroversi Perumus Pancasila

Rasionalitas Agama Sukarno

Sukarno dan H. Agus Salim di Brastagi.
Foto:
Sukarno bersama M Natsir

REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Lintar Satria

“Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Negara Indonesia merdeka berasaskan Ketuhanan yang Maha Esa!” kata Bung Karno dalam Pidato “Lahirnya Pancasila”, 1 Juni 1945.

Soekarno mendalami Alquran ketika ia berumur 28 tahun. Ia mulai membaca Alquran setiap bangun pagi, saat ia dijebloskan ke Penjara Sukamiskin oleh Belanda. Karena tidak diperbolehkan membaca buku-buku politik, di Sukamiskin Soekarno memperdalam agama Islam.

“Orang takkan meragukan adanya Tuhan kalau dia pernah berada dalam kegelapan selama bertahun-tahun,” kata Sukarno dalam buku 'Soekarno Penyambung Lidah Rakyat'.

Sukarno sengaja ditahan di Sukamiskin. Pada saat itu Sukamiskin adalah penjara pelanggar hukum bangsa Belanda. Belanda melihat betapa berbahaya Sukarno bila dimasukan ke penjara pribumi. Sukarno dijebloskan ke Sukamiskin agara tidak “meracuni” masyarakat terpidana bangsa Indonesia.

Penulis dan sejarawan, Peter Kasenda melihat periode penjara Sukamiskin menjadi salah satu periode berkembangnya pemikiran Islam Sukarno. Sukarno tidak memperoleh pendidikan agama ketika masih kecil. Ayahnya penganut agama Islam tapi cenderung pada teosofi. Ibunya seorang penganut agama Hindu.

Berbeda dengan tokoh kemerdekaannya lainnya yang mengikuti sekolah agama pada sore hari setelah masuk sekolah umum pada pagi hari.  “Pada hal ini Sukarno pengecualian,” kata Peter.

Pertemuannya dengan Islam ketika ia tinggal di rumah H.O.S Cokroaminoto di Surabaya. Saat di Surabaya ia sering mengikuti ceramah agama di gedung pertemuan Muhammadiyah. Sekali sebulan dari pukul 20:00 sampai tengah malam Sukarno mendengarkan ceramah agama di gedung tersebut. Ia juga berkenalan dengan Ahmad Dahlan yang ketika itu sering mengadakan tablig di Surabaya.

Tapi saat di Sukamiskin, Sukarno baru sungguh-sungguh mempelajari Islam.  Peter mengatakan Soekarno memang mempelajari Islam dari bahasa sekunder, yakni bahasa Inggirs dan Belanda. Karena ia memang tidak memiliki kemampuan dibidang bahasa Arab. Tapi pertemuan-pertemuannya dengan tokoh-tokoh Islam mempengaruhi pemikiran Sukarno tentang Islam.

Sukarno mengatakan, dengan membaca pemikiran dan sabda Nabi Muhammad ia tidak lagi mencari-cari buku sosiologi di penjara Sukamiskin. Dahaga intelektualnya terpuaskan dengan memperdalam ilmu agama Islam selama di penjara.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement