REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai klaim dari Sunda Empire sulit untuk dipercaya. Alasannya menurut Pakar Budaya Kerajaan Nusantara Universitas Indonesia (UI), Profesor Agus Aris Munandar klaim itu tidak memiliki sumber dan bukti sejarah yang konkrit.
Sunda Empire yang bermarkas di Bandung itu juga mengaku sebagai lembaga tingkat dunia yang memiliki tujuan untuk menyejahterakan dan mewujudkan perdamaian dunia. Sunda Empire beranggotakan negara dan pemerintahan di dunia dan terdiri atas enam wilayah, di antaranya, Bandung sebagai titik nol, Sunda Nusantara, Sunda Archipelago, Sunda Eropa, Sunda Pasific, dan Sunda Mainland.
Dijelaskan Agus, dalam di Jawa Barat pernah berdiri Kerajaan Galuh Kuno yang dilanjutkan Kerajaan Galuh Pakuan. Di antara rajanya adalah Prabu Maharaja Lingga Buana (1340-1357) yang gugur dalam peristiwa bubat saat mengantarkan putrinya Dyah Pitaloka Citraresmi yang dipinang Raja Majapahit, Hayam Wuruk. Kisah pelamaran Putri Sunda dengan Raja Majapahit tersebut tertuang dalam kitab Pararaton yang juga sebagai bukti sejarah. Kemudian tahta kerajaan sendiri diserahkan kepada adiknya yaitu Mangkubumi Suradipati atau Prabu Borosngora, mengingat anak dari Prabu Buana masih kecil.
"Lalu setelah dewasa, tahtahnya diteruskan ke anaknya, namanya Niskala Wastu Kencana (1371-1475) itu memerintah sampai 104 tahun panjang umurnya," ucap Agus.
Bandung yang diklaim Sunda Empire sebagai pusat kerajaan atau kekaisaran serta titik nol wilayah Atlantik, bukan apa-apa, hanya hutan hutan belantara. Hingga kini belum ditemukan fakta jika di wilayah Bandung saat ini pernah bermukim kerajaan besar.
Namun Agus juga tidak menyangkal jika ditemukan bukti-bukti sejarah, seperti sisa bangunan kuno di daerah Bojong Menje, Bandung tapi sampai sekarang masih memunculkan tafsiran yang berbeda. "Kemungkinan ini karena Bandung itu wilayah perbatasan antara Kerajaan Galuh yang berpusat di Ciamis dan Kerajaan Sunda yang berpusat di Pakuan Pajajaran di Bogor," kata Agus.
Kendati demikian, Agus enggan menyebut Keraton Agung Sejagat dan kerajaan lainnya bahkan Sunda Empire tidak memiliki sama sekali akar sejarah. Kemungkinan mereka memiliki akar sejarah meskipu hanya berdasarkan mitos atau juga pseudo-histor.
Karena fakta-fakta sejarah yang dimiliki mereka nampak ngawur dan tidak pernah terdengar sebelumnya oleh khalayak luas. "Jangan dikira mereka tidak punya akar sejarah, itulah yang disebut pseudo-history yaitu sejarah yang dimanipulasi," tutup Agus.