REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Suasana Kampung Makasar diabadikan 1940-an dengan rumah-rumah gubuk beratapkan rumbia dan masih merupakan jalan tanah. Sejumlah mevrouw, sinyo dan noni Belanda tengah berada di luar rumah. Mereka adalah para tahanan Jepang yang ditempatkan di Kampung Makassar ketika bala tentara Nipon menaklukkan Batavia.
Ribuan warga Belanda dan Eropa menjalani kehidupan yang sulit sebagai tawanan. Di samping Jakarta, juga di tempat-tempat lain di Nusantara.
Kampung Makasar terletak di Kelurahan Makassar dan sebagian dari Kelurahan Kebun Pala, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur. Menurut catatan, lebih dari 100 ribu tawanan perang warga Eropa, kecuali Jerman yang menjadi sekutu Jepang selama Perang Dunia II di-internir (ditawan).
Kamp tawanan laki-laki dan perempuan dipisahkan guna mencegah terjadinya hubungan seksual. "Akibatnya, terjadi hubungan homoseksual dan lesbian di kamp," tulis Joast Cose dalam Recalling the Indies.
Bahkan, hubungan seksual antara penjaga kamp Jepang dengan wanita bule pun terjadi. Seorang tahanan wanita menulis: "Saya tidak akan lupa apa yang mereka lakukan pada bapak saya. Kempetai (polisi militer Jepang) menahan dia bersama kakak saya, kakak saya harus duduk di depan bapak, dan harus menyaksikan bapak ditusuk dengan tongkat merah membara yang dibungkus batok kelapa yang dibakar. Kemudian, dicap dimuka bapak dalam waktu lama."