REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dalam studi status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023 diketahui tren angka stunting di Kabupaten Sleman cenderung mengalami penurunan dari angka 15 persen menjadi 12,4 persen. Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa tetap meminta agar semua pihak bersinergiukseskan gerakan intervensi pencegahan stunting di Bumi Sembada.
"Saya mengajak seluruh stakeholder terus bersinergi dan kedepan kita harus pertahankan angka 12,4 karena angka stunting ini dinamis dan fluktuatif. Meskipun tren penurunan ini baik, Pemkab Sleman tetap berkomitmen untuk menekan kasus stunting demi mewujudkan generasi berkualitas," kata Danang, Jumat (7/6/2024).
Danang mengatakan gerakan intervensi pencegahan stunting ini dilakukan serentak dan merupakan tindak lanjut dari surat Kementerian dalam negeri terkait intervensi serentak pencegahan stunting di daerah. Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tersebut berterimakasih dan mengapresiasi semua pihak mulai dari OPD Kabupaten, Kapanewon, Kalurahan, Penyuluh KB, Puskesmas, TPK, kader kesehatan dan masyarakat yang telah berperan serta dalam melakukan integrasi penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Sleman.
Menurutnya kedepan upaya penekanan prevalensi stunting harus terus digalakkan. Termasuk menyukseskan gerakan intervensi pencegahan stunting yang dilaksanakan bulan Juni 2024 ini. Caranya dengan meningkatkan sinergitas dan kolaborasi.
"Demi mewujudkan Sleman zero stunting," ucap Danang.
Kepala Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3P2KB) Kabupaten Sleman, Muhammad Daroji, mengatakan gerakan intervensi pencegahan stunting ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan kunjungan sasaran yang datang ke posyandu. Hal ini sekaligus untuk mendetekesi dini terkait masalah gizi melalui pengukuran antropometri, pemberian edukasi pencegahan stunting, dan segera melakukan tindakan intervensi pada sasaran bermasalah gizi yang telah diverifikasi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas.
"Masa pelaksanaan Intervensi serentak yang pendek membutuhkan sinergi dan kolaborasi yang kuat dari semua pihak. Hal ini untuk mencapai output dan outcome yang diharapkan dalam menyongsong era Indonesia emas 2045," ungkapnya.