Kamis 13 Jun 2024 15:00 WIB

Menteri PUPR Bidik Kerja Sama PLTS Terapung dengan Tajikistan

Indonesia berkomitmen meraih net zero carbon dengan menerapkan transisi energi.

Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia berupaya menjalin sinergi dengan berbagai negara untuk memacu pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT). Salah satu negara yang sedang dijajaki adalah Tajikistan.

Pemerintah melalui Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono sudah melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Sumber Daya Air dan Energi Republik Tajikistan Daler Jum’a Shofaqir, di Dushanbe. Basuki menargetkan kerja sama untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya terapung atau floating photovoltaic (FPV).

Baca Juga

“Misalnya melalui penelitian tentang dampak lingkungan dari fasilitas FPV, pengembangan standar dan pedoman untuk mengelola risiko dalam pemasangan FPV, serta regulasi dan kebijakan yang lebih baik untuk memfasilitasi pengembangan proyek FPV,” kata Basuki sebagaimana dikonfirmasi dari Jakarta, Kamis.

Pertemuan bilateral tersebut digelar di sela The 3rd Dushanbe Water Action Decade Conference, Tajikistan. Basuki sebelumnya mengapresiasi pengembangan potensi energi terbarukan di Tajikistan. Misalnya, seperti pengembangan pembangkit listrik tenaga air atau hydropower, dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Nurek mampu memiliki kapasitas lebih dari 3.000 MW dan menghasilkan sekitar 50 persen dari total kebutuhan energi tahunan di Tajikistan.

“Indonesia berkomitmen meraih net zero carbon dengan menerapkan transisi sumber energi terbarukan, salah satunya melalui pembangun bendungan tenaga air. Hingga tahun 2024, Indonesia telah membangun sekitar 248 bendungan. 187 bendungan telah dibangun sebelum 2015 dan 61 bendungan dibangun pada periode 2015-2024,” kata Basuki.

Adapun menurut RUPTL 2021-2030, tenaga air di Indonesia berpotensi naik hingga 16.027 MW. Sebanyak 43 dari 61 bendungan yang dibangun pada 2015-2024 memiliki potensi listrik tenaga air sebesar 255,15 MW. Di antara 248 bendungan, sebanyak 246 bendungan juga memiliki potensi untuk pembangkit listrik tenaga surya terapung atau floating photovoltaic (FPV) hingga 13.575 MW.

Basuki juga mengapresiasi Tajikistan, karena telah berpartisipasi pada World Water Forum ke-10 di Bali pada 18-25 Mei 2024 lalu. “Terima kasih banyak atas partisipasi delegasi Tajikistan pada World Water Forum ke-10 yang benar-benar menambahkan nilai besar untuk acara tersebut. Saya percaya negara kita memiliki visi yang sama untuk pengelolaan sumber daya air yang efisien dan terintegrasi,” kata Menteri Basuki.

Menteri Sumber Daya Air dan Energi Republik Tajikistan Daler Jum’a Shofaqir menyampaikan apresiasi atas kesuksesan Indonesia sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10 dan berharap Indonesia dapat terus memperkuat isu air di tingkat global.

"Kami mengajak Indonesia untuk ikut terlibat dalam kemitraan untuk memperkuat posisi air dalam agenda global yang sedang dikembangkan Tajikistan bersama Belanda, Senegal dan Uni Emirat Arab. Kami harap Indonesia dapat melanjutkan kepemimpinan dalam mencapai resolusi serta terlibat dalam dialog interaktif,” katanya.

Turut hadir mendampingi Menteri Basuki, Duta Besar LBBP RI untuk Republik Kazakhstan dan Republik Tajikistan Fadjroel Rachman, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Bob Arthur Lombogia, dan Sekretaris Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Dewi Chomistriana.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement