REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menggelar peringatan haul KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen ke-5 di Kantor DPP PPP, Menteng, Jakarta Pusat.
Sekretaris Jenderal (Sekjend) DPP PPP Arwani Thomafi mengatakan sosok Mbah Moen merupakan panutan atas perjuangan seorang ulama yang teguh dan istikomah di PPP.
“Beliau adalah simbol dari perjuangan PPP, dari awal berkhidmat sampai wafat tidak lelah menyampaikan pentingnya persatuan dan pentingnya perjuangan untuk terus berbuat amar maruf nahi munkar melalui jalur politik,” ujar Arwani Thomafi.
Lewat doa yang dipanjatkan kali ini, Arwani juga berharap agar seluruh keluarga besar PPP dapat bangkit dan tertular semangat yang diwariskan Mbah Moen untuk membesarkan partai.
“Pada awal reformasi, sebagian besar kiai pindah haluan politik. Namun, beliau dengan semangat kegigihannya mampu membesarkan PPP. Maka kami doa bersama agar tertular semangat dan bangkit memperjuangkan PPP supaya lebih eksis dan besar lagi,” kata dia.
Terakhir, Arwani mengaku akan terus menjaga dan memperjuangkan jutaan suara rakyat yang telah dititipkan kepada PPP.
“Ada amanat yang dititipkan dan terus menjadi wasilah untuk berjuang. Kami berikan yang terbaik untuk umat, bahwa PPP akan terus bermaruf nahi munkar dan memperjuangkan apa yang dititipkan oleh jutaan suara rakyat Indonesia,” kata dia.
Adapun peringatan haul kali ini turut dihadiri oleh Ketua Majelis Syariah DPP PPP sekaligus menantu Mbah Moen yaitu KH Mustofa Aqil Siroj, Habib Anis Syahab, dan seluruh keluarga besar PPP yang mengikuti secara langsung maupun daring.
Sebelumnya, Ketua Majelis Syariah PPP K.H. Mustofa Aqil Siraj menyebutkan bahwa Mbah Moen (K.H. Maimoen Zubair) merupakan sosok yang sangat dekat dengan semua kalangan.
Menurut dia, Mbah Moen tidak pernah membeda-bedakan tamu, baik dari kalangan kaya maupun miskin. Semua disambut dengan sama, terbuka dan akrab.
"Mbah Moen merupakan tokoh yang membuat orang merasa dekat dengannya. Semua santrinya merasa dekat dengan beliau. Bukan hanya para santri, melainkan banyak kalangan,” kata K.H. Mustofa, demikian dilansir dari Antara.