REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengomentari soal kondisi nilai tukar rupiah yang tertekan belakangan ini, hingga sempat menyentuh level Rp 16.400 per dolar AS.
Rupiah diketahui telah mengalami pelemahan 5,92 persen sejak awal tahun hingga 19 Juni 2024. Menurut penuturan Perry, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh faktor dari luar negeri maupun dalam negeri.
Dari sentimen eksternal atau global, ada perbedaan kebijakan moneter bank sentral AS The Federal Reserve dengan bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB) mengenai ketidakpastian penurunan suku bunga.
ECB memiliki kebijakan untuk memangkas suku bunga acuannya 25 basis poin (bps). Sementara itu, The Federal Reserve masih bersikukuh mempertahankan sukuk bunga acuannya, yang diprediksi baru akan diturunkan pada akhir 2024.