Senin 01 Jul 2024 06:19 WIB

Pendidikan Seks Islami, Seperti Apa?

Pendidikan seks menurut Islam adalah bagian dari pendidikan akhlak.

Pendidikan seks (ilustrasi)
Foto: gunjhieland2.blogspot.com
Pendidikan seks (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai makhluk hidup, manusia juga memiliki kecenderungan seksual. Seks dapat diartikan sebagai tersalurkannya nafsu syahwat. Dengan adanya nafsu syahwat itu, keturunan manusia dapat berlanjut.

Pendidikan seks juga ada dalam ajaran Islam. Pendidikan seks ini dilakukan sebagai upaya mendidik nafsu syahwat agar sesuai dengan nilai-nilai islami. Alhasil, nafsu demikian menjadi nafsu yang dirahmati Allah. Tujuan akhirnya adalah terbentuknya keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah (samawa).

Baca Juga

Pendidikan seks menurut Islam merupakan bagian dari pendidikan akhlak, yang didasari atas keimanan. Dengan iman yang mantap, seseorang akan rela melakukan segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebagai contoh, insan yang beriman diajarkan agar tidak menjadikan naluri seksnya untuk berzina. Dengan berzina, manusia tak ubahnya binatang karena bebas melampiaskan nafsunya tanpa aturan.

Konsep awal dari pendidikan seks islami ialah memahami aurat. Aurat didefinisikan sebagai bagian-bagian tubuh yang wajib ditutup alias tidak boleh diperlihatkan. Begitu pula, seseorang pun tidak boleh melihat aurat orang lain. Secara anatomis, aurat adalah bagian tubuh yang dapat membangkitkan nafsu seks.

Konsep berikutnya berkaitan dengan pendidikan anak. Orang tua mesti memisahkan tempat tidur para buah hatinya pada waktu yang tepat. Ayah dan ibu pun hendaknya menjelaskan adab-adab kesopanan di dalam maupun luar rumah. Misalnya, seorang anak dididik agar mengetuk pintu atau meminta izin terlebih dahulu sebelum masuk ke kamar orang tua atau saudaranya yang beda jenis kelamin.

Pendidikan seks juga meliputi adab pergaulan. Orang tua hendaknya mendidik anak-anak agar mereka selalu menjaga pandangan mata. Tidak bergaul bebas (ikhtilath) antara laki-laki dan perempuan. Tidak berdua-duaan dengan yang bukan mahrom.

Penjelasan ayat-ayat Alquran dan Hadis Nabi yang berhubungan dengan proses kejadian manusia, mulai dari nuthfah sampai terlahirnya seorang bayi, perlu disampaikan kepada siapa pun dengan maksud untuk mendekatkan diri pada Allah. Sedangkan etika kehidupan bersuami-istri secara Islam baru boleh diajarkan kepada mereka yang benar-benar akan menikah.

Pengalaman membuktikan, pengetahuan manusia saja tidak akan mampu mendidik seks tanpa petunjuk Allah. Etika apa pun, kalau tak didasari pada iman kepada Allah, tidak akan banyak memberi manfaat.

sumber : Hikmah Republika oleh Herlini Amran
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement