Ahad 07 Jul 2024 18:49 WIB

Eks Perdana Menteri Israel Serukan Penggulingan Netanyahu

Pemerintahan Israel saat ini dinilai tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Ehud Olmert
Foto: AP/Khaled Desouki
Ehud Olmert

REPUBLIKA.CO.ID, TELAVIV — Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert telah menyerukan penggulingan pemerintahan pendudukan saat ini yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Ia menekankan, desakan untuk mengakhiri perang di Gaza. Olmert pun mencatat bahwa Hamas berhasil bertahan setelah sembilan bulan berperang.

Olmert sebelumnya mengkritik keputusan untuk mengevakuasi pemukiman di wilayah utara Palestina yang diduduki. Dia bahkan menggambarkannya sebagai 'histeria' dan mengaitkannya dengan kepanikan dalam pemerintahan Netanyahu.

Baca Juga

Dalam sebuah wawancara dengan Israel Channel 12 yang dikutip Al-Mayadeen, Olmert menggambarkan pemerintahan saat ini sebagai pemerintahan yang tidak tahu apa yang harus dilakukan dan tidak mampu membuat keputusan. Ia menekankan bahwa pemerintahan beroperasi tanpa perencanaan atau persiapan strategis. Pemerintahan Israel disebut tidak memiliki pemahaman yang jelas mengenai tujuan-tujuan yang diperlukan untuk mengakhiri perang.

Dua hari sebelumnya, situs berita Mako Israel melaporkan bahwa konflik antara Netanyahu dan Gallant hanyalah salah satu dari sekian banyak konflik yang dialami perdana menteri dengan anggota koalisinya yang berkuasa.

Laman tersebut mengungkapkan bahwa Menteri Kepolisian Itamar Ben-Gvir mengancam Netanyahu bahwa ia "akan ditinggalkan sendirian" jika tidak diikutsertakan dalam diskusi krusial mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan.Ben-Gvir mengatakan dalam sebuah sesi kabinet, "Saya tahu pertemuan yang sebenarnya akan segera diadakan setelah kita."

"Kami di sini sebagai hiasan, dan setelah kami selesai - Anda dan Gallant akan duduk bersama para kepala badan keamanan dan menyelesaikan semuanya," tambahnya.

Kegagalan Israel mendorong kembalinya pembicaraan gencatan senjata

Dalam konteks terkait, Wall Street Journal menulis bahwa pergeseran dalam perhitungan medan perang Israel telah membuat para analis menyimpulkan bahwa militer Israel dan lembaga keamanan mendorong pemerintah Israel yang dipimpin Netanyahu untuk menyelesaikan kesepakatan dengan pihak Perlawanan Palestina.

"Waktu terus berlalu dan semua pihak menyadari bahwa waktu tidak berpihak kepada mereka, terutama pihak Israel," kata Ofer Shelah, mantan anggota parlemen Israel dan analis militer dari Institut Studi Keamanan Nasional Israel (INSS), seperti dikutip oleh WSJ.

Pembicaraan dengan atmosfer positif seputar pembicaraan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan di Jalur Gaza, yang didorong oleh umpan balik yang disampaikan oleh Hamas baru-baru ini kepada para mediator, telah menjadi pusat perhatian dalam diskusi mengenai perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza.

Namun, umpan balik positif dari Hamas bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi kembalinya pembicaraan gencatan senjata. Diplomasi tersebut telah bersikap positif dan fleksibel selama proses negosiasi yang dimediasi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement