Kamis 11 Jul 2024 12:16 WIB

Kisah Pemasok Makanan di Jalur Gaza, Berhadapan dengan Peluru, Rampok, dan Jeratan Suap

Pengiriman bahan makanan di Jalur Gaza banyak menemui rintangan

Red: Nashih Nashrullah
Konvoi truk yang membawa pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza menunggu di jalan utama gurun Ismailia, sekitar 300 km timur perbatasan Mesir dengan Gaza, dalam perjalanan menuju penyeberangan Rafah, Mesir, Selasa (13/2/2024). Bantuan kemanusiaan terus mengalir untuk warga Palestina di Gaza. Lebih dari 28.300 warga Palestina terbunuh akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Konvoi truk yang membawa pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza menunggu di jalan utama gurun Ismailia, sekitar 300 km timur perbatasan Mesir dengan Gaza, dalam perjalanan menuju penyeberangan Rafah, Mesir, Selasa (13/2/2024). Bantuan kemanusiaan terus mengalir untuk warga Palestina di Gaza. Lebih dari 28.300 warga Palestina terbunuh akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Di balik pengiriman bahan makan di Jalur Gaza yang tengah berkecamuk akibat perang, muncul kisah-kisah ironis yang disampaikan sejumlah pedagang dan pemasok makanan pokok untuk Jalur Gaza.

Hal ini terungkap melalui laporan Reuters bertajuk “Feeding Gaza: Traders run a gauntlet of bullets, bombs and bribes” yang diturunkan Reuters.

Baca Juga

Mohammed, misalnya, menggambarkan pekerjaan pengiriman barang seperti di neraka. "Saya selalu dikerjai dalam setiap pengiriman," kata pedagang Palestina itu kepada Reuters.

Dia mengatakan bahwa dia harus membayar lebih dari 14 ribu untuk setiap truk makanan yang dibawanya ke Jalur Gaza yang terkepung untuk membayar biaya transportasi yang sangat tinggi, suap kepada perantara dan perlindungan dari penjarah.