Senin 15 Jul 2024 16:57 WIB

Mahasiswa Unej Rancang Media Pembelajaran Literasi Sains Alquran

Alquran selalu menarik untuk dipelajari.

Ilustrasi ngaji Alquran.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Ilustrasi ngaji Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Empat mahasiswa Universitas Jember (Unej) merancang media pembelajaran literasi sains Al Quran dengan menciptakan terobosan baru dalam dunia pendidikan yakni membuat media pembelajaran digital augmented reality untuk meningkatkan wawasan fisika dipadukan dengan Alquran.

"Kebanyakan implementasi dalam teknologi pembelajaran berfokus pada sains saja, akan tetapi masih sedikit media pembelajaran yang dikaitkan dengan Alquran," kata Ketua Tim Quranic Sains Media Augmented Reality (QSMART) Jalis Syarifah dalam keterangan tertulis yang diterima di Jember, Senin.

Baca Juga

Jalis bersama ketiga rekannya Halimatus Sa’diyah (Pendidikan Fisika), Mohammad Kelvin Rizka Aziizi (Pendidikan Fisika), dan Mochammad Athar Humam Ghazanfar (Teknologi Informasi) menjelaskan mengenai urgensi dari pembuatan media digital augmented reality tersebut karena banyaknya media pembelajaran hanya berfokus pada pembelajaran sains saja.

"Kami termotivasi menciptakan media digital augmented reality untuk meningkatkan keimanan dan moralitas siswa sebagaimana Alquran menjadi pedoman hidup," tuturnya.

Menurutnya, media pembelajaran digital yang diciptakan bersama timnya itu dimuat melalui objek 3D yang menyediakan kode bar untuk disalin, sehingga muncul bentuk audio visual 3D dari implementasi sains.

"Adapun materi fisika yang dicantumkan yakni Hukum Newton untuk kelas 11 sekolah berbasis Islam, karena salah satu materi yang mudah direalisasikan dan banyak penerapannya dalam kegiatan sehari-hari," katanya.

Ia menjelaskan contoh ayat Alquran yang terdapat dalam terobosan augemented reality yakni Surat Yasin Ayat 38 yang membahas tentang peredaran matahari, sedangkan relevansi materi fisika dalam ayat tersebut berkaitan dengan teori Hukum Newton I menjelaskan terkait benda yang bergerak secara konstan.

"Selama proses pembuatan media digital augemented reality itu mengalami beberapa kendala yang harus ditempuh oleh Tim QSMART. Tantangan terberat terdapat di perancangan augmented reality sendiri," ujarnya.

Jalis mengatakan kendalanya saat mengkoding juga berat, sehingga membutuhkan waktu yang lama dan pihaknya juga menggunakan tiga bahasa yakni Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, namun pada bagian Bahasa Arab masih sering terjadi error.

Sementara Dosen Pendamping Tim QSMART Lailatul Nuraini menjelaskan dengan usaha untuk terus menyempurnakan koding akhirnya kendala dapat teratasi dengan baik dan media dapat berjalan lancar, meskipun ada beberapa kendala yang dihadapi.

"Kami berharap dengan adanya media pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan wawasan fisika melalui sudut pandang Alquran, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan mempengaruhi mereka dalam bertindak di kehidupan sehari-hari," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement