REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden terpilih, Prabowo Subianto optimistis mampu mencapai pertumbuhan ekonomi delapan persen dalam lima tahun ke depan. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai keyakinan tersebut sah-sah saja.
"Optimistis mencapai pertumbuhan ekonomi delapan persen ini sebetulnya bukan berarti tidak mungkin karena potensinya Indonesia itu tinggi, semestinya itu bisa," ujar Faisal saat dihubungi Republika.co,id di Jakarta, Jumat (19/7/2024).
Kendati demikian, Faisal menyebut upaya ini tidak akan mudah. Faisal menilai pemerintahan Prabowo harus memiliki formula berbeda dari pemerintahan-pemerintahan sebelumnya dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi.
"Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi delapan persen itu tidak cukup hanya dengan optimisme," ucap Faisal.
Faisal mengatakan pemerintahan Prabowo harus memiliki strategi yang tepat dan jelas. Hal ini pun perlu ditopang dengan proses eksekusi yang juga tepat dan terintegrasi satu sama lain.
Faisal mengingatkan optimistis tinggi pun sempat dikatakan Joko Widodo (Jokowi) saat baru menjadi presiden. Namun realitanya, tingkat pertumbuhan ekonomi tak pernah menembus angka enam persen.
"Kalau hanya pakai cara-cara dan strategi yang sudah-sudah terbukti tidak tercapai. Waktu awal pertama memimpin, Pak Jokowi juga yakin katanya tumbuh tujuh persen, kenyataannya tetap lima persen sama seperti sebelumnya, bahkan lebih rendah dari zaman SBY yang sempat enam persen," sambung Faisal.
Faisal menilai hal ini menjadi bukti nyata bahwa perlu adanya terobosan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Faisal memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tetap akan berada di lima persen jika pemerintahan Prabowo hanya melanjutkan strategi yang telah dilakukan pemerintahan Jokowi.
"Harus ada strategi dan terobosan yang lebih bagus, kalau tidak dilakukan tentu saja akan kembali ke lima persen saja," kata Faisal.
Muhammad Nursyamsi